This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences. (Arrahmah.com) – Bidang dakwah, pendidikan dan pelayanan masyarakat mujahidin Ash-Shabab Somalia pada Ahad (3/2/2013) kembali melaksanakan sejumlah program penting di wilayah yang berada dalam pemerintahan mereka. Di distrik Islam Kido, mujahidin mengadakan pelatihan ilmu syariat bagi penduduk setempat....

BULO BURTI

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

IMAM SUPRIADI UNTUK INDONESIA

11 Mar 2012

Akmal Syafril (Penulis buku Islam Liberal 101): Bubarkan JIL !!

JAKARTA (VoA-Islam) – Penulis buku Islam Liberal 101, Akmal Syafril, yang kini namanya sedang naik daun di kalangan aktivis kampus, menyatakan kekesalannya dengan pemikiran tolol aktivis JIL. Ia menghendaki agar JIL dibubarkan.
“Mereka, telah merajalela d internet. Mereka menggugat fatwa MUI yang telah menghalalkan kopi luwak. Di twet-twet mereka terbaca, ciuman dengan pacar tidak membatalkan puasa, bahkan lebih parah lagi, aktivis JIL bilang ciuman adalah sedekah. Dedengkot JIL Guntur Romli menyebut Islam agama oplosan. Lebih gila lagi, aktivis JIL mengatakan, hingga saat ini masih terbuka bagi siapapun untuk menjadi nabi. Masihkah kita mau dihina seperti ini?!!” tegas Akmal dalam orasinya di bunderan HI, Jumat (9/2) kemarin.
Akmal mengatakan, kiprah JIL di dunia maya, membuat pemuda Islam bangkit, mulai dari mahasiswa, anak band, pelajar, hingga ibu rumah tangga, semua sadar dengan bahaya JIL.
“Seperti kita ketahui, pada momen 14 Februari lalu, sekitar 40 kaum liberal yang meliputi kaum banci, pelaku maksiat, pornografi, serta merta mencatut rakyat Indonesia menolak FPI. Kita tidak mau disetarakan oleh banci,pelaku porno. Kita harus menolak JIL. Sungguh, negara ini dibangun dengan takbir dan jihad, bukan dengan pluralism seraya mengatakan semua agama sama. Bubarkan JIL, Indonesia Damai Tanpa JIL,” seru Akmal, jebolan mahasiswa ITB yang concern dengan kajian pemikiran Islam, yang kini aktif di INSIST dan MIUMI.
Di akhir orasi, Ustadz Bernard dari FUI menggemakan yel-yel “Ganyang Liberal, Ulil, Ahmadiyah, dan SBY sekarang juga. We want syariah. Umat Islam menolak liberalism. Yang suka liberalisme hanyalah Yahudi, iblis, setan, pelaku maksiat, penzina, koruptor dan aliran sesat. Berantas liberalisme di negeri ini.  Desastian 

Habib Rizieq: Karena Bukan Bencong, Homo, Dan Lesbi Kita Tak Masuk TV

Foto Zakir Salmun
Meski hanya dihadiri 60 orang peserta, aksi Indonesia Tanpa FPI ramai diberitakan media massa. Tapi aksi 10.000 umat Islam yang menolak kampanye liberalisme dengan niat memperbaiki moral bangsa jangan harap mendapatkan porsi di media. Hal itu dinyatakan Ketua Umum Front Pembela Islam Habib Riziq Shihab dalam aksi Indonesia Tanpa Liberal di Bundaran HI, Jum’at (9/3)
“Meski kita banyak disini jangan mimpi masuk televisi, kenapa? Karena kita bukan bencong, karena kita bukan homo, karena kita bukan lesbi, karena kita bukan koruptor, karena kita bukan setan, karena kita bukan iblis.” sambung Habib Rizieq disambut takbir peserta aksi yang mengelilingi bundaran HI.
Sikap media massa memang selama ini dipertanyakan. Mereka lebih mengedepankan faktor keunikan dan dukungan kaum liberalisme ketimbang memperbaiki moral umat.
"Eh besok ada satu bencong disini demo bubarkan FPI, pasti masuk TV. Tapi jika Ustadz Muhammad Al Khaththath (Sekjen FUI) yang demo dan sepuluh ribu umat aksi tidak akan masuk TV. Kenapa? Sebab Ustadz Khaththath bukan homo, lesbi, dan bencong,” sambungnya.
Habib Riziq pun kemudian melemparkan tanya kepada para peserta aksi semata-mata meluruskan niat dan jangan mengharapkan pemberitaan media.
“Apakah kita takut dengan media? Apa kita takut dengan TV? Presiden aja kita lawan, apalagi TV yang kurang ajar. Betul?” tegasnya.
Sementara itu, Ustadz Bernard Abdul Jabbar selaku koordinator aksi, mengatakan umat Islam sulit mengharapkan keadilan dari pemberitaan media. Maka itu beliau mengimbau untuk menjadikan aksi ini sebagai jalan meraih ridho Allah subhana wata'ala.
"Karena TV hanya urusan dunia, sedangkan aksi kita langsung diliput oleh Allah,” optimismenya kepada para peserta. (Pz)

Lelucon Murtadin Fatimah-1: Wudhu & Bersuci Mengakibatkan Frustasi?

Kesaksian murtadin masih menjadi andalan misionaris Kristen untuk memurtadkan umat Islam. Baru-baru ini beredar mailis kesaksian seorang Kristen mantan muslimah yang mengaku bernama Fatimah, berasal dari negara Islam (Timur Tengah).
Dalam kesaksiannya, Fatimah mengaku memutuskan murtad menjadi Kristen setelah mempelajari buku-buku Islam terbitan dalam bahasa Inggris selama 9 tahun. Dari buku-buku itu ia merasa bahwa ibadah dalam Islam itu sangat ruwet. Berikut kesaksiannya:
“Saya mempunyai kerinduan untuk bersaksi kepada orang-orang bahwa saya telah meninggalkan Islam. Itulah sebabnya saya mencoba membagikan kesaksian saya melalui tulisan ini.
Saya tinggal di negara Islam. Lahir dan dikelilingi orang-orang Islam. Selama tiga puluh tahun saya hidup bahagia sebagai Muslim, dan menjalankan agama dengan sungguh-sungguh.
Suatu hari saya mulai mempelajari agama Islam lebih dalam. Inilah awal yang mengubah iman Islam saya. Saya membutuhkan waktu sembilan tahun untuk menyadari bahwa agama Islam tidak mungkin berasal dari Allah.
Saya mulai membaca ulang Al-Quran dalam bahasa Arab dan Inggris, juga hadits dan tafsiran serta biografi Muhammad. Saya sungguh kecewa! Semakin saya membaca, semakin saya menjauh dari Islam. Saya pun berdoa dengan takwa. Berseru di atas sajadah, memohon agar Allah memberi petunjuk.
Ritual agama Islam yang ruwet. Beribadah tidak dapat menenangkan diri saya. Saya juga tidak dapat lagi menikmati Ramadhan. Pada hal umat Muslim percaya shalat dapat menenangkan jiwa dan mereka juga menikmati Ramadhan.
Ritualnya ruwet sekali, bahkan dapat membuat frustasi. Seperti, berwudhu akan dianggap batal bila kita buang angin. Sehingga harus diulang lagi. Buang angin saat shalat, maka wudhu dan shalatnya harus diulang dari awal. Seseorang yang sudah menikah, selesai bersetubuh harus mandi sesegera mungkin dengan ritual tersendiri. Jika tidak, dianggap tidak “bersih” untuk shalat berikutnya. Perempuan yang sedang menstruasi tidak boleh menyentuh Al-Quran.”
Sayangnya, otentisitas kesaksian itu tidak detil sehingga tidak bisa dilacak kebenarannya. Penulis kesaksian hanya mengaku bernama Fatimah dan tinggal di negara Islam tanpa menyebutkan secara lengkap alamat maupun nama negaranya. Dengan anonim seperti ini, maka kesaksian itu patut diragukan kebenarannya. Kemungkinan besar, kesaksian itu hanyalah rekayasa para misionaris Kristen untuk mempengaruhi akidah kaum awam agar murtad.
Meski kesaksian itu tidak jelas, namun karena sudah menjelek-jelekkan Islam, maka edisi ini penulis mengupas seperlunya.
Dalam kesaksian itu Fatimah mengakui bahwa selama tiga puluh tahun taat menjadi seorang Muslimah, ia hidup dalam damai sejahtera. Fatimah sendiri berterus terang bahwa saat itu ia menjalankan agama dengan sungguh-sungguh.
Kemudian Fatimah merasa ragu-ragu terhadap Islam, setelah ia mempelajari buku-buku bahasa Inggris yang mengupas tentang Islam. Meski Fatimah tidak menjelaskan apa saja judul buku yang dibacanya, tapi kita bisa memastikan bahwa buku-buku yang ditelaah adalah buku-buku orientalis atau misionaris salibis yang memojokkan Islam. Terbukti, setelah membaca buku-buku itu Fatimah menggerutu: “Saya sungguh kecewa! Semakin saya membaca, semakin saya menjauh dari Islam.”
Setelah membaca buku-buku non Islam itu, pemikiran Fatimah teracuni misi pemurtadan, sehingga beranggapan negatif terhadap ibadah Islam. Ia pun menuding kaifiyat ibadah Islam sangat ruwet, tidak menenangkan jiwa dan membuat frustasi.
Beberapa aturan ibadah Islam yang dianggap ruwet dan membuat frustasi adalah syariat thaharah (bersuci), antara lain batalnya wudhu bagi orang yang buang angin (kentut) dan wajibnya mandi janabat (mandi besar) bagi pasangan suami istri setelah bercampur (jima’).
Pada hakikatnya tak ada sedikit pun kesulitan dalam menjalankan ibadah Islam, termasuk thaharah. Semua syariat itu diturunkan Allah untuk kemaslahatan manusia, bukan untuk memberi beban yang memberatkan.
“Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur” (Qs Al-Ma’idah 6).
Thaharah (bersuci) diwajibkan kepada umat Islam sebelum beribadah menghadap Allah Yang Maha Suci (Al-Quddus). Sebagai hamba Allah yang bertakwa, bersuci sebelum menghadap-Nya merupakan kewajiban. Karena Allah Yang Maha Suci itu sangat mencintai hamba-Nya yang mensucikan diri.
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri” (Qs Al-Baqarah 222).
...Jika Fatimah merasa ruwet dan frustasi mengamalkan syariat thaharah. Ini bukti bahwa dia adalah wanita jorok dan primitif yang tidak suka kebersihan...
Bersuci adalah persiapan menghadap Allah, karena dalam keadaan suci, maka ibadah kepada Allah dapat dilakukan dengan khusyuk dan sempurna.
Dalam kitab Hikmatut-Tasyri’ Wafalsafatuh, dijelaskan bahwa dengan bersuci secara kotoran dan najis fisik, umat Islam diharapkan bisa menyelami hikmah dan falsafah bersuci, yaitu menyucikan diri dari noda perbuatan dosa, membersihkan hati dari sifat-sifat tercela, dan membersihkan jiwa dari syirik.
Salah satu hikmah mengapa buang angin membatalkan wudhu, karena angin yang keluar dari lubang belakang (anus/dubur) adalah biangnya penyakit. Di antara empat angin yang keluar dari tubuh manusia, hanya angin yang keluar dari dubur saja yang membatalkan wudhu. Sedangkan angin yang keluar dari  qubul, sendawa dan bersin tidak membatalkan wudhu karena tidak masuk dalam kategori biang penyakit.
Secara teologis, syariat thaharah itu sangat indah dan sesuai dengan ajaran para nabi terdahulu. Seharusnya kita tidak merasa asing dengan thaharah, kitab Imamat Musa dalam Bibel sendiri menekankan pentingnya kedudusan/kesucian, sehingga menetapkan syariat halal-haram dan suci-najis (Imamat 10:10). Karenanya, Musa dalam Bibel mengajarkan berwudhu sebelum masuk rumah ibadah (Keluaran 40:31-32), melepas kasut di tanah kudus (Keluaran 3:5, Yosua 5:15), dll.
Jika Fatimah merasa ruwet dan frustasi mengamalkan syariat thaharah, maka bisa dipastikan bahwa murtadin Kristen ini adalah wanita yang jorok dan primitif yang tidak suka dengan kebersihan.
Buktinya, Fatimah menganggap ruwet terhadap kewajiban bersuci bagi pasangan suami istri usai jima,’ dan tidak sah shalatnya sebelum mandi besar. Apakah Fatimah ingin agar bebas beribadah kepada Tuhan dalam kondisi tidak suci usai bercampur suami istri? Apakah ini alasan Fatimah pindah ke Kristen, supaya bebas ibadah dalam kondisi tak suci? Astagfirullah, betapa joroknya murtadin Kristen ini!
...Kesucian jasmani dan rohani sangat penting bagi manusia. Tanpa itu, tak ada beda antara manusia dengan binatang...
Kesucian sangat penting bagi manusia, baik suci jasmani maupun rohani. Tanpa itu, tak ada bedanya antara manusia dengan binatang.
Wanita Mana Berani Mengamalkan Syariat Bibel?
Murtadin Fatimah menganggap aturan Islam yang melarang wanita haid (menstruasi) memegang kitab suci Al-Qur'an, sebagai aturan yang ruwet dan membuat frustasi.
Hanya orang tak waras saja yang frustasi dengan syariat bersuci. Namanya saja kitab suci, maka logika sederhana manapun pasti bisa menerima bila orang yang memegangnya harus orang yang tidak najis (hadas).
Wajar jika Fatimah murtad masuk Kristen supaya bebas memegang dan membaca Bibel dalam keadaan junub maupun menstruasi. Sebab hanya kitab yang benar-benar Kitab Suci saja yang layak dibaca oleh orang-orang yang suci dari najis.
Bila mengkaji Islam secara objektif, sesungguhnya syariat itu sangat mudah dan relevan. Wanita menstruasi tidak menajiskan, tapi hanya najis dan dilarang melakukan shalat, shaum, thawaf, menyentuh dan membawa mushaf, masuk masjid dan bersetubuh (coitus). Wanita yang suci dari haid pun cukup bersuci dengan mandi janabah (mandi besar).
Mari kita lakukan studi komparasi antara syariat thaharah menurut Islam dengan syariat Bibel.
Syariat haid dalam Bibel mengajarkan secara ekstrem bahwa wanita menstruasi itu najis dan menajiskan selama tujuh hari (Imamat 15:19-30). Setiap orang yang kena darah menstruasi menjadi najis sampai matahari terbenam (ayat 19); semua benda yang ditiduri dan diduduki menjadi najis (ayat 20); orang yang kena tempat tidur atau tempat duduk wanita menstruasi menjadi najis sampai matahari terbenam dan harus mencuci pakaian dan tubuhnya dengan air (ayat 21-22); orang yang menyentuh benda yang ada di tempat tidur wanita haid menjadi najis sampai matahari terbenam (ayat 23); laki-laki yang tidur bersama wanita haid menjadi najis selama 7 hari (ayat 24); setelah suci dari haid, maka pada hari kedelapan harus mempersembahkan 2 ekor burung tekukur atau 2 ekor anak burung merpati sebagai korban bakaran (ayat 29-30).
...Pada zaman modern sekarang ini, siapa yang mampu mengamalkan syariat haid dalam Bibel?...
Dalam Bibel Perjanjian Baru, Yesus tidak berkomentar apapun tentang wanita menstruasi. Secara umum disebutkan dalam Matius 5:17-18 bahwa dia tidak merombak hukum Taurat, tapi menggenapinya.
Pada zaman modern sekarang ini, siapa yang mampu mengamalkan syariat haid dalam Bibel? Adakah orang Yahudi maupun Kristen yang konsekuen mempraktikkan ayat Bibel tersebut? Dengan syariat yang ekstrem tersebut, akankah Fatimah merasa ruwet dan frustasi lalu pindah agama lagi? [A. Ahmad Hizbullah MAG/Suara Islam]

Selama setahun revolusi Suriah, lebih dari 15 ribu warga sipil muslim gugur



DAMASKUS (Arrahmah.com) – Salah satu pihak oposisi Suriah, Gerakan Perubahan Nasional Suriah, melaporkan bahwa selama satu tahun revolusi Suriah berlangsung, lebih dari 15 ribu warga sipil muslim Suriah gugur oleh serangan militer rezim Suriah.
Juru bicara Gerakan Perubahan Nasional Suriah, Wahid Shaqr menjelaskan hal itu kepada media massa, Sabtu (10/3/2012). Ia juga mengkritik keras usulan utusan Liga Arab dan PBB, Kopi Anan, yang menyerukan dialog antara rezim Suriah dan pihak oposisi.
“Tidak ada kekuatan yang mengimbangi kekuatan rezim Suriah, “ujar Shaqr. Ia menjelaskan bahwa perbedaan antara kekuatan militer rezim Suriah dan tentara kebebasan pro revolusi sangatlah besar. Jika ada kekuatan yang memadai di pihak tentara kebebasan, tentu tidak akan jatuh belasan ribu korban gugur di pihak sipil muslim.
Wahid Shaqr juga mengkritik keras apa yang disebut sebagai ‘pimpinan oposisi Suriah’ yang tercerai-berai. Ia mengkritik ketua Dewan Nasional Suriah, Burhan Ghaliun, yang menolak tentara kebebasan dipersenjatai dan menolak pendirian kantor penasehat militer untuk tentara kebebasan tanpa sepengetahuan para pimpinan Dewan Nasional.
Burhan Ghaliun sampai saat ini menjabat ketua Dewan Nasional Suriah dan mengklaim sebagai anggota Aliansi Oposisi Suriah, meski rakyat Suriah sendiri tidak mengakui peranya. Dewan Nasional Suriah yang mengklaim sebagai wajah politik oposisi Suriah berkedudukan di Turki dan hanya mengeluarkan ‘seruan-seruan kosong’.
Tidak ada aksi nyata Dewan Nasional untuk memperkuat tentara kebebasan dan menghentikan pembantaian terhadap warga sipil muslim di Homs, Idlib, dan propinsi lainnya. Beberapa anggota Dewan Nasional bahkan disangsikan memiliki kewarga negaraan Suriah.

(muhib al-majdi/arrahmah.com)

Al-Qur'an Digital

Terjemah

Barat Bungkam terhadap Nuklir Zionis

Syi'ah Tak Pernah Berperang Melawan Israel

Oleh, AM Waskito

Salah satu alasan yang membuat kaum Syiah Rafidhah selalu berbunga-bunga ialah sebagai berikut…

[=] Syiah adalah musuh terbesar Amerika dan Israel.

[=] Syiah adalah musuh utama Zionis Yahudi yang sangat ditakuti karena punya intalasi nuklir.

Sejarah Syiah: "Selalu Menusuk Ahlus Sunnah dari Belakang. Dan Tak Pernah Perang Melawan Orang Kafir."
[=] Hizbullah adalah sosok kekuatan Syiah yang selalu gagah-berani menghadang barisan Zionis Israel.

[=] Sementara Saudi, Kuwait, dan Qatar, selalu bermanis-manis kata dengan dedengkot Yahudi, yaitu Amerika.

[=] Revolusi Khomeini adalah revolusi Islam yang menginspirasi perjuangan gerakan-gerakan Islam di dunia.

Ya, kurang lebih begitu klaim para aktivis agama Persia (Syiah Rafidhah) ini. Di berbagai forum, kesempatan, termasuk dalam diskusi di blog ini, alasan-alasan itu selalu mereka munculkan. Seakan-akan, tidak lagi alasan bagi Syiah untuk tetap eksis di muka bumi, selain klaim-klaim seperti itu.

Lalu bagaimana pandangan kita sebagai Ahlus Sunnah tentang klaim kaum Syiah ini?

Mari kita bahas secara ringkas dan praktis, dengan memohon pertolongan Allah Al Hadi…

PERTAMA. Kaum Syiah Rafidhah itu terus bekerja keras dan sangat nafsu, agar mereka tetap diakui sebagai Islam, tetap dipandang sebagai Muslim, tetap menjadi bagian dari kaum Muslimin sedunia. Hal ini adalah hakikat siksaan spiritual yang Allah timpakan atas hati-hati mereka, selamanya. Mereka telah sangat berdosa karena mencaci, melecehkan, mengutuk, dan mendoakan keburukan atas isteri-isteri Nabi, para Khulafaur Rasyidin, dan para Shahabat Radhiyallahu ‘Anhum. Maka Allah pun menjadikan mereka selalu gelisah, takut, dan sangat menginginkan diberi label Islam atau Muslim. Mereka selalu dalam kebingungan seperti ini, layaknya Bani Israil yang kebingungan selama 40 tahun di Padang Tiih, karena telah menghina Musa ‘Alaihissalam dan Allah Ta’ala. Lihatlah manusia-manusia pemeluk agama Persia (Rafidhah) itu…mereka kemana-mana membawa laknat atas doa-doa laknat yang mereka bacakan untuk mengutuki manusia-manusia terbaik dari para Shahabat Radhiyallahu ‘Anhum.

KEDUA. Dalam sejarahnya, sejak zaman Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu sampai hari ini, ketahuilah bahwa Syiah Rafidhah (agama Persia) ini tidak pernah berjihad melawan kaum kufar, baik itu Nashrani, Yahudi, musyrikin, dan orang-orang atheis. Syiah tidak punya sejarah jihad menghadapi kaum kufar. “Jihad” kaum Syiah sebagian besar diarahkan untuk menyerang kaum Sunni, sejak zaman dahulu sampai saat ini.

Mula-mula Syiah di Kufah mengundang Husein Radhiyallahu ‘Anhu datang ke Kufah, katanya mau dibaiat. Karena Husein sudah berangkat ke Kufah, oleh penguasa kala itu (Yazid bin Muawiyah) Husein dianggap bughat, sehingga boleh ditumpas. Waktu tiba di Kufah, tak satu pun kaum Syiah keluar untuk membaiat, menolong dan mendukung Husein. Posisi Husein sangat terjepit, akan kembali ke Madinah, dia sudah dianggap bughat. Meminta bantuan Kufah, tak satu pun Syiah yang akan menolong. Akhirnya, Husein ditumpas di Padang Karbala. Bahkan kala penumpasan itu, tak satu pun hidung Syiah menampakkan diri, walau sekedar untuk menolong korban dari pihak Husein dan keluarganya. Nah, peristiwa pembantaian Husein oleh kaum Syiah itulah yang selalu mereka rayakan dan nikmati dalam momen-momen Asyura. Air mata mereka mengutuk para pembunuh Husein, sedangkan hati mereka berucap: “Alhamdulillah Husein dan keluarganya telah binasa di Karbala.”

“Jihad” kaum Syiah berikutnya ialah membantu Hulagu Khan (penguasa Mongol) untuk menumpas Khilafah Abbassiyah. Kemudian mereka berusaha melenyapkan kaum Sunni di Mesir, tetapi berhasil ditumpas oleh Nuruddin Mahmud Zanki. Mereka terus menikam perjuangan Shalahuddin Al Ayyubi. Mereka juga selalu menjadi musuh Khilafah Turki Utsmani, selalu kerjasama dengan negara-negara Nashrani Eropa untuk melemahkan Khilafah Turki. Di zaman kontemporer, Revolusi Khomeini di Iran telah menumpas Ahlus Sunnah di Iran. Mereka juga menikam perjuangan mujahidin di Afghanistan. Mereka membantai Ahlus Sunnah di Irak, Libanon, Suriah, Yaman, bahkan mereka hampir menguasai Bahrain.

Singkat kata, tidak ada Jihad kaum Syiah dalam sejarah, selain “jihad” yang diarahkan untuk memusnahkan dan menghancur-leburkan kaum Sunni. Sejarah klasik dan modern sudah memaparkan fakta. Bahkan dalam kasus Iran Contra Gate terbongkar skandal besar. Ternyata, di balik gerakan Kontra di Nikaragua, Amerika memasok senjata kepada para gerilyawan itu. Darimana dananya? Dari hasil kerjasama jual-beli minyak dengan Iran. Padahal dalam kampanye dunia, sudah dimaklumkan bahwa Amerika itu sedang konflik dengan Iran. Tetapi di balik itu ada sandiwara “jual-beli minyak” yang menggelikan. Kasus ini sangat terkenal, sehingga seorang kolonel Amerika dikorbankan sebagai tumbalnya.

KETIGA. Apa sih yang dilakukan Hizbullah (Syiah Rafidhah) di Libanon kepada Israel? Apakah dia terlibat perang terbuka dengan Israel? Apakah dia menduduki wilayah Israel dan berusaha mengusir penduduk Yahudi? Ternyata, aksi-aksi Hizbullah itu hanya melepaskan tembakan mortir ke arah pasukan Israel atau wilayah Israel. Atau mereka melakukan tembakan senapan, atau tembakan rudal anti tank. Hanya itu saja. Mereka tidak pernah terlibat perang terbuka vis a vis, seperti para pejuang Ahlus Sunnah di Irak, Afghanistan, Chechnya dan lainnya. Jadi singkat kata, aksi-aksi Hizbullah itu hanya semacam “main-main” untuk membuang amunisi-amunisi ringan. Itu saja kok.

KEEMPAT. Dalam sejarah perang Arab-Israel, sejak merdeka tahun 1948 Israel sudah berkali-kali bertempur dengan pasukan Arab. Yang terkenal adalah perang tahun 48, perang tahun 67, dan perang tahun 70-an. Ia kerap disebut perang Arab-Israel. Setelah itu belum ada lagi perang yang significant. Dalam sejarah ini, lagi-lagi tiada peranan Iran sama sekali. Bahkan ketika Ghaza dihancur-leburkan Israel pada tahun 2008-2009 lalu, Iran lagi-lagi tidak terlibat apa-apa. Jadi, apa yang bisa dibanggakan dari manusia-manusia pemeluk agama Persia (Syiah Rafidhah) itu?

KELIMA. Menurut Ustadz Farid Okbah, di Iran itu sangat banyak orang-orang Yahudi. Menurut informasi, jumlahnya bisa mencapai 50.000 jiwa. Mereka bisa hidup aman dan sentosa di Iran, sedangkan Ahlus Sunnah hidupnya sangat menderita disana. Iran bersikap welcome kepada kaum Yahudi, dan sangat ofensif kepada kaum Muslimin. Ini adalah realitas yang sangat menyedihkan. Makanya tidak salah kalau ada yang mengatakan, Rafidhah lebih sadis dari orang-orang kafir lain.

Contoh yang sangat unik ialah kerjasama antara Hamas dan Iran. Banyak orang menyebutkan, Hamas kerap kerjasama dengan Iran. Hal itu konon berdasarkan sikap Syaikh Al Bana yang dulunya pernah berujar, bahwa Syiah adalah sesama saudara Muslim juga. Mereka sama-sama Ahlul Qiblah. Tetapi realitasnya, Ikhwanul Muslimin di Suriah dibantai puluhan ribu manusia disana oleh regim Hafezh Assad. Ternyata, regim itu dan anaknya, dibantu oleh Iran juga. Nah, ini kan sangat ironis. Hamas kerjasama dengan Iran, sementara Al Ikhwan di Suriah dibantai oleh regim Suriah yang didukung oleh Iran.

KEENAM. Propaganda bahwa Syiah Rafidhah itu musuh Zionis Israel, semua ini hanya propaganda belaka. Sejatinya mereka itu teman-karib, sahabat dekat, saling tolong-menolong, sebagian menjadi wali atas sebagian yang lain. Mereka ini selamanya tak akan pernah terlibat dalam peperangan. Kaum Yahudi membutuhkan Iran, sebagai seteru Ahlus Sunnah. Sedangkan Iran membutuhkan Yahudi, juga sebagai seteru Ahlus Sunnah. Dalam hadits Nabi Saw juga disebutkan bahwa kelak dajjal akan muncul dari Isfahan (salah satu kota di Iran yang saat ini banyak dihuni Yahudi) dengan 70.000 pasukan. Yahudi membutuhkan Iran, karena darinya akan muncul pemimpin mereka. Dan dalam literatur-literatur Syiah, sosok dajjal itu sebenarnya adalah sosok “Al Mahdi Al Muntazhar” yang selalu mereka tunggu-tunggu. Begitulah, banyak kesamaan kepentingan antara Syiah dan Yahudi.

KETUJUH. Fakta berikutnya yang sangat mencengangkan. Ternyata Syiah Iran juga menjalin kerjasama dengan China dan Rusia, dua negara dedengkotnya Komunis. Mereka ini umumnya kerjasama dalam soal industri, perdagangan, dan jual-beli senjata. Ketika Amerika berniat menjatuhkan sanksi akibat instalasi nuklir Iran, segera China dan Rusia memveto niatan itu. Kedua negara terang-terangan membela Iran. Begitu juga China dan Rusia juga membela regim Bashar Assad (semoga Allah Al Aziz segera memecahkan kepala manusia durjana satu ini, amin ya Mujibas sa’ilin) dari ancaman sanksi internasional. Sedangkan kita tahu, regim Suriah sangat dekat koneksinya dengan Iran. Jadi, kita bisa simpulkan sendiri posisi Iran di mata China, Rusia, dan regim Suriah.

Jadi kalau kemudian kita mendengar propaganda Syiah anti Yahudi, Syiah anti Amerika, Syiah anti Zionis, dan sebagainya…ya sudahlah, saya akan ketawa saja. Tidak usah dianggap serius. Anggaplah semua itu hanya “olah-raga kata-kata” saja (meminjam istilah seorang politisi busuk). Syiah selamanya akan berkawan dengan kaum kufar dan sangat apriori dengan kaum Muslimin (Ahlus Sunnah). Mereka itu lahir dari sejarah kita, tetapi wujud dan hatinya milik orang kafir. Na’udzubillah wa na’udzubillah min dzalik.

Semoga artikel sederhana ini bermanfaat. Semoga kita semakin sadar, bahwa Syiah Rafidhah bukanlah kawan. Mereka membutuhkan istilah kawan selagi masih lemah. Nanti kalau sudah kuat, mereka akan menghancur-leburkan Ahlus Sunnah. Tetapi cukuplah Allah Ta’ala sebagai Wali, Pelindung, dan Penolong kita. Dialah sebaik-baik Pelindung dan Penjaga. Walhamdulillahi Rabbil a’alamiin

Kasus Solo Bukan Terorisme Tetapi Operasi Intelijen

MT Arifin
(Pengamat Militer dan Intelijen)



Pengamat Militer dan Intelijen dari Solo, MT Arifin menceriterakan, pasca terjadinya penembakan mati terduga teroris di Solo, Farhan dan Mukhsin oleh pasukan Densus, Jum’at (31/8/2012), dirinya langsung diwawancarai oleh stasiun televisi swasta nasional dari Jakarta. Dalam wawancara itu dia mengemukakan bahwa kasus Solo itu bukanlah terorisme tetapi merupakan operasi intelijen.

Namun anehnya, sehari kemudian dirinya mendapat serangan santet yang datangnya dari arah Jakarta. “Alhamdulillah, serangan santet itu berhasil digagalkan,” ungkap MT Arifin yang juga memahami masalah supranatural tersebut. Pengamat Militer dan Intelijen itu tidak mau menduga-duga, siapa yang memerintahkan serangan jahat melalui ilmu hitam tersebut.

Berikut ini wawancara Tabloid Suara Islam dengan MT Arifin seputar terorisme dan operasi intelijen untuk menciptakan keadaan dan mengalihkan isu krusial yang terjadi pada pemerintahan SBY.


Mengapa kelompok Islam selalu disebut teroris, sedangkan Kristen seperti RMS dan OPM separatis, padahal mereka lebih banyak menimbulkan korban bagi personil TNI dan Polri ?

Persoalan istilah teroris dan separatis bukan stigmatisasi terhadap kelompok yang melakukan perlawanan pada institusi resmi, tetapi didasarkan atas konsep politik yang berkaitan dengan sifat yang ingin dilakukan dengan melakukan tindakan itu. Separatis konsepnya berkaitan dengan pemisahan, misalnya suku atau daerah ingin memisahkan diri dari negara. Sedangkan teroris konsep politik yang berkaitan dengan tindakan kekerasan untuk membentuk opini publik dan melakukan tekanan terhadap kekuasaan. Jadi dasarnya adalah konsep politik.

Dalam konteks Kenegaraan, lebih berbahaya mana antara teroris dan separatis ?

Persoalannya bukan lebih berbahaya mana antara teroris dan separatis. Persoalannya adalah gerakan itu menimbulkan efek yang bagaimana. Kemudian akibat dari efek itu akan menimbulkan konsekuensi-konsekuensi politik tertentu. Kalau dulu sampai sekarang separatis dihadapi oleh angkatan perang, tetapi kalau teroris dihadapi polisi. Kalau sekarang separatis dihadapi polisi, itu tergantung UU. Misalnya, kalau dianggap sebagai suatu tindakan yang membuat kekacauan di masyakarat dimana law and order terganggu, biasanya dihadapi polisi. Tetapi kalau sudah perlawanan total secara resmi, maka akan dihadapi militer dan semuanya dipengaruhi UU yang berlaku.

Mengapa sasaran Densus selalu umat Islam, padahal Kristen juga banyak terorisnya seperti Laskar Kristus yang aktif melakukan latihan militer di berbagai tempat tetapi dibiarkan saja ?

Kalau dilihat secara keseluruhan sebenarnya tidak begitu, terbukti Tibo cs yang melakukan pembantaian terhadap umat Islam di Poso juga dihukum mati. Sebenarnya kalau dilihat dari segi hukum, siapapun dan apapun kelompok tanpa pandang bulu diberlakukan sama. Memang di Indonesia yang sering jadi sasaran adalah umat Islam karena mayoritas. Kemudian dilihat dari pergerakan dan sejarah serta rumusan yang ada di jaringan intelijen, yang menjadi sasaran berbahaya adalah umat Islam sejak kasus pemberontakan DI-TII pada masa Kartosoewirjo. Kalau saya baca di berbagai buku intelijen, memang berasal dari sana. Sehingga Islam menjadi satu corak yang dianggap sangat menonjol. Pertanyaannya, mengapa kelompok non Islam tidak melakukan itu, karena mungkin mereka tidak terlalu besar dan lebih banyak melakukan gerakan separatisme seperti RMS dan OPM. Sebenarnya umat Islam juga pernah melakukan gerakan separatisme seperti GAM di Aceh.

Saya kira juga dipengaruhi perkembangan di tingkat global, terutama munculnya terorisme di tingkat internasional akibat kegagalan menyelesaikan kasus Afghanistan, terutama setelah terjadinya perpecahan antara kelompok Mujahiddin dengan AS pasca kekalahan Uni Soviet di Afghanistan. Juga setelah terjadinya perbedaan pendapat antara AS dengan Irak masalah minyak yang menyebabkan terjadinya Perang Teluk Persia II setelah Irak menyerbu Kuwait (1990) sampai invasi pasukan AS ke Irak (2003) yang menyebabkan jatuhnya pemerintahan Saddam Hussein. Memang setelah itu terjadi suatu pergerakan dimana Islam bangkit menjadi kekuatan pengontrol terhadap Pan Americanisme. Sehingga menjadi suatu merek yang sangat laik pasar dan itu berpengaruh terhadap Indonesia. Persoalannya, karena wilayah umat Islam di Timur Tengah kaya akan minyak bumi dan biaya produksinya sangatlah murah jika dibandingkan dengan wilayah lain yang biaya produksinya sangatlah tinggi, karena itulah wilayah umat Islam selalu menjadi sasaran negara lain.

Apa korelasi antara terorisme dengan persediaan minyak dunia ?

Tahun 2000 lalu ada pertemuan ahli intelijen internasional dari Barat yang membahas persoalan hubungan internasional, dimana dinyatakan bahwa dunia Barat sangat kritis akan kebutuhan minyak. Karena itu minyak bumi menjadi salah satu fokus persoalan hubungan antar bangsa dan kebetulan yang menjadi masalah adalah kontrol Islam atas Barat setelah bubarnya Uni Soviet. Kemudian Islam menjadi kekuatan utama yang akan mengontrol pada saat Barat melihat minyak sebagai fokus persoalan antar bangsa, karena itu menimbulkan terorisme internasional.

Kalau sebelumnya ada terorisme nasional yang melahirkan gerakan seperti IRA di Irlandia dan gelombang kedua melahirkan terorisme ideologis seperti Tentara Merah di Jepang dan Italia, sekarang terorisme internasional memperebutkan SDA strategis seperti minyak dan Islam menjadi kekuatan utamanya. Sehingga lahirlah Teori Samuel Huntington yang menganggap Islam sebagai musuh Barat setelah jatuhnya Uni Soviet. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap Indonesia yang memiliki ketergantungan bantuan, peralatan, kerjasama, pendidikan, pelatihan dan utang dari Barat.

Selama ini Densus dibentuk, dilatih serta dibiayai AS dan Australia. Bagaimana komentar Anda sebagai pengamat militer dan intelijen ?

Bukan dibiayai, justru kita yang minta bantuan kesana karena tidak memiliki dana. Ada sebuah kritikan yang berasal dari pengamat intelijen pada beberapa kasus terorisme. Katanya bukan untuk persoalan terorisme, tetapi untuk membentuk opini dan menghentak negara yang dijadikan sasaran donatur. Karena itu sekarang bukan persoalan teroris, sebab kalau dilihat dari standar terorisme secara internasional, teroris bukan seperti di Indonesia dimana mereka menembak dengan pistol. Jadi perlu adanya standar mana yang disebut teroris dan mana yang disebut kejahatan, jadi harus jelas. Sebab jika tidak, maka nanti kalau proyek yang laku teroris, maka semuanya akan dimasukkan ke dalam kerangka teroris.

Jadi semakin ramai teroris, semakin menguntungkan Densus ?

Persoalannya bukan Densus, tetapi pemerintah. Kebetulan dana yang masuk ke pemerintah sebagian dioperkan ke kepolisian melalui Densus. Itu kan kerjasama antara pemerintah, apalagi polisi berada di bawah Presiden. Jadi yang menjadi persoalan bukannya Densus, tetapi pemerintah. Polisi selalu menjadi sasaran, padahal polisi hanya menjalankan perintah siapa lagi kalau bukan dari Presiden, dimana sekarang kita sedang menjalankan sistem Presidensial. Polisi sebenarnya tidak punya apa-apa, seumpama disuruh ke Timur ya ke Timur, disuruh ke Barat ya ke Barat.

Mengapa BNPT dan Densus selalu dikendalikan mereka yang anti Islam seperti Ansyaad Mbai, Gories Mere dan Petrus Golose ?

Tidak begitu, aparat dasarnya adalah prestasi. Jadi persoalannya bukan Islam dan non Islam. Orang non Islam yang senang pada Islam juga banyak, sebaliknya orang Islam yang tidak Islamis juga banyak. Justru kadang-kadang kelemahan kita dalam melakukan penilaian selalu bertolak-belakang dari Islam dan non Islam. Bagaimanapun juga mereka tidak memiliki kekuasaan apa-apa kalau tidak diberi wewenang. Jadi persoalannya kelembagaan, yang bekerja bukan hanya dia tetapi sebuah tim besar. Banyak polisi yang Islamnya bagus, tetapi persoalannya adalah dalam rangka pengamanan lembaga negara.

Jadi muaranya tertuju pada Presiden ?

Muaranya pada misi dari sebuah nation yang ditafsirkan pemerintah. Semestinya yang bertanggungjawab adalah pemerintah, bukan polisi.

Bagaimana pandangan Anda mengenai Program Deradikalisasi yang digerakkan BNPT ?

Saya jelas tidak setuju, dalam arti titik tolaknya darimana. Persoalan radikal dan tidak radikal akan dipahami dari konteks pengetahuan dan sikap radikal karena apa. Dalam UU Politik ada persoalan yang dinyatakan radikal. Jadi sikap radikal itu bukan persoalan orang itu radikal atau tidak radikal, tetapi dibangun oleh pengetahuan terhadap perkembangan nasional dan internasional serta rasa kesadaran akan ketidakadilan. Misalnya, pemerintah dalam mengatasi persoalan dianggap tidak adil, maka ini yang membentuk sikap radikal.

Jadi persoalan deradikalisasi semestinya berkaitan dengan bagaimana pemerintah mencoba untuk melaksanakan tujuan pemerintahan mengenai keadilan, kesejahteraan rakyat, menegakkan kebenaran, menegakkan hukum dan sebagainya. Pada saat sekarang telah terjadi kesenjangan yang tajam, mengenai pandangan pemerintah dan sikap yang dimiliki kelompok Islam dan non Islam serta hubungan antar mereka. Kesenjangan itu dipengaruhi informasi yang dimiliki dan perubahan sosial yang tinggi. Hal itu menyebabkan ketajaman hubungan karena terjadinya revolusi kebudayaan, dimana di Indonesia terjadi pada saat era reformasi sekarang. Itu yang menimbulkan persoalan dan tidak diantisipasi dengan program politik yang sistematik. Berbeda dengan Korea Selatan, sudah diantisipasi sejak awal bagaimana mengatur anak-anak main games. Tetapi disini tidak dan ini yang menjadi masalah. Jadi persoalan radikal dan tidak radikal adalah persoalan proses yang dialami oleh warga negara dalam kehidupan bermasyarakat akibat adanya kesenjangan tertentu.

Bagaimana tanggapan Anda mengenai rencana BNPT yang dipimpin Ansyaad Mbai untuk melakukan Sertifikasi Ulama ?

Saya kira itu tidak tepat, sertifikasi untuk apa ? Memang salah satu problem di kalangan ulama, da’i dan mubaligh adalah dalam menghadapi persoalan dimana banyak sekali pengajian yamg diberikan kelompok muda tamatan pesantren kilat. Hal ini juga terjadi di kalangan Kristen yang diberikan kelompok muda tamatan kursus Injil. Dalam memberikan ceramah, mereka belum sampai pada tingkat dengan wawasan luas, kemudian berceramah dengan sikap fanatik, dimana akhirnya menimbulkan hasil kontra produktif. Di kalangan pemuda Kristen yang fanatik juga banyak sekali dan saya mendapat laporan ini dari salah seorang pimpinan Univeristas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Jawa Tengah. Jadi yang terdapat kelompok fanatik bukan hanya Islam saja tetapi juga Kristen. Tetapi masalahnya Islam di Indonesia mayoritas mutlak sehingga yang menonjol fanatismenya adalah Islam, padahal di Kristen juga banyak sekali yang fanatik dan fundamentalis. Fanatisme akibat itu semestinya dibicarakan dan diatasi masing-masing agama.

Apakah Sertifikasi Ulama yang akan dilakukan BNPT merupakan penghinan terhadap ulama ?

Saya kira itu tidak ada artinya. Sertifikasi biasanya pada program fungsional yang bersifat karier. Kalau ulama kan bukan jabatan karier. Sekarang persoalannya bagaimana strategi untuk menghadapi ekses-ekses itu.

Kembali ke terorisme, apakah operasi pemberantasan teroris yang digerakkan BNPT dan Densus memang proyek yang menguntungkan, dimana semakin banyak teroris yang berkeliaran maka semakin membuat kantong mereka tebal ?

Dulunya operasi semacam ini dilakukan militer dan intelijen. Jadi operasi anti terorisme bagi polisi adalah hal baru. Sekarang yang menjadi persoalan adalah bagaimana meningkatkan kinerja polisi agar menjadi lebih professional. Tetapi bukan berarti saya mengatakan kalau polisi sekarang tidak profesional dalam menanggani kasus terorisme. Namun berdasarkan kasus yang ada, seharusnya polisi meningkatkan profesionalismenya, sehingga tidak sering melakukan kesalahan target atau sasaran. Polisi juga perlu meningkatkan pemahaman terhadap penegakan hukum dan perlindungan HAM. Selain itu persoalan terorisme seharusnya dikaji dari persoalan yang lebih tinggi, bukan hanya linier.

Bagimana Anda melihat kasus penembakan mati terhadap terduga dua teroris oleh Densus di Solo baru-baru ini ?

Saya melihatnya itu operasi intelijen, bukan terorisme. Perkara kemudian dikaitkan dengan terorisme, itu bisa saja. Karena dalam operasi itu digunakan orang yang mau. Bedanya, operasi intelijen dimaksudkan untuk menciptakan suatu keadaan, tetapi kalau terorisme menggunakan kekerasan untuk mempengaruhi suatu kebijakan. Banyak sekali kasus terorisme, tetapi kalau dilihat dari ilmu pengetahuan tentang terorisme, sesungguhnya bukan terorisme.

Kasus di Solo itu jelas merupakan operasi intelijen, jika dilihat dari sifat-sifatnya. Karena sekarang proyek yang paling laku dijual ya terorisme. Seorang teroris tidak mungkin mengaku dirinya sebagai teroris. Juga tidak mungkin teroris berkali-kali nongkrong pada satu tempat. Kalau teroris, begitu mengebom tidak akan kembali lagi ke tempat itu sampai puluhan tahun. Karena itu kita harus memperjelas, apa terorisme itu. Jangan sampai mendefinisikan terorisme dengan pola-pola kriminal. Sekarang yang terjadi di Indonesia, melihat terorisme sebagai pergerakan kriminal. Masak teroris hanya nongkrong disitu-situ saja, tidak berpindah-pindah tempat. Seharusnya teroris tidak seperti itu, karena konsekuensinya mati. Saya kira terorisme sebagai suatu cara untuk mengalihkan isu. Sebab kalau ada persoalan yang muncul di pemerintahan, maka untuk mengalihkan isu muncullah operasi pemberantasan terorisme. Kalau sudah begitu, semua media massa pasti akan melupakannya dan mengarahkannya kesana.

Kalau kasus penembakan mati dua orang terduga teroris di Solo, untuk mengalihkan isu yang mana di pemerintahan SBY ?

Kita lihat dari kategorinya, seperti kasus M Thoriq di Tambora, Jakarta. M Thoriq sudah diamati sejak setahun lalu, tetapi mereka baru menangkapnya pada saat diperlukan untuk mengalihkan isu. Seperti kasus Solo, adanya pemberitaan seorang anggota Densus yang mati tertembak tidak sebagaimana yang saya peroleh kabarnya. Juga kasus polisi yang tertembak di Prembun Purworejo beberapa waktu lalu. Kabarnya tertembaknya polisi tersebut hanya karena rebutan wanita, tetapi kemudian dikabarkan karena ditembak teroris. Waktu itu saya sudah protes pada salah seorang pejabat kepolisian di Polda Jateng, tetapi katanya sudah dilaporkan kasus yang sebenarnya ke Mabes Polri, tetapi ketika sampai di Jakarta ceriteranya jadi berubah menjadi kasus terorisme.

Banyaknya kasus terorisme, apa memang tujuannya untuk mendiskreditkan umat Islam Indonesia yang mayoritas ?


Persoalannya bukan umat Islam. Persoalannya kasus terorisme bisa digunakan untuk berbagai kepentingan. Seperti kepentingan untuk mengalihkan perhatian, peningkatan program sehingga mendapat dana yang besar, agar kinerjanya terlihat efektif dan sebagainya. Jadi kebetulan saja mereka latar belakangnya beragama Islam.

Mengapa setiap menjelang kedatangan pejabat tinggi AS ke Indonesia, selalu muncul kasus terorisme, seperti baru-baru ini menjelang kedatangan Menlu Hillary Clinton ?

Kalau itu bisa saja penafsiran-penafsiran, tetapi benar dan tidaknya kita tidak tahu. Karena dalam kasus terorisme di Indonesia sering kali terjadi kekurangan data, maka perlu dibuat data baru, sehingga dalam berbagai kasus terjadi seperti itu.

Bagaimana menurut Anda, sikap umat Islam Indonesia dalam menghadapi kasus terorisme yang sering terjadi ?

Pertama, media massa tidak memberitakan tentang terorisme dan penyelesaiannya. Kedua, umat Islam sebaiknya bersikap tidak reaktif. Sebab kalau bersikap reaktif maka ibarat paling enak dioper bola, pasti akan memburu. Jadi begitu ada isu terorisme muncul, pasti ada masalah yang sangat kritis di pemerintahan. Jadi sepertinya umat Islam tidak terkendali dan paling mudah dioper bola agar memburunya. Ketiga, umat Islam perlu mengetahui berbagai informasi strategis.

Sebab salah satu permasalahan yang dihadapi umat Islam Indonesia sehingga mudah menjadi radikal adalah karena membaca buku-buku terjemahan dari luar yang sangat berbeda dengan kondisi dan situasi di Indonesia. Pasalnya, ketika agama jauh dari kajian kebudayaan, maka akan cenderung radikal. Sebaliknya, tatkala agama dikembangkan atas dasar pergulatan antara masyarakatnya dengan kebudayaan, maka akan cenderung tidak radikal, sebagaimana dakwah yang dikembangkan para Wali Songo dengan melalui pendekatan kebudayaan.

Abdul Halim