IMAM SUPRIADI UNTUK INDONESIA

15 Nov 2011

Muhammad al Khaththath
Sekjen Forum Umat Islam, Pemimpin Umum Suara Islam


Kristenisasi Adalah Pemurtadan

Baru-baru ini ada kabar bahwa seorang muadzin suatu musholla di Bogor telah bunuh diri karena tidak tahan melihat realitas bahwa bapaknya telah murtad dan tidak bisa diajak kembali kepada Islam (ruju’ ilal haq).  Tentu ini sangat memprihatinkan, dan semoga tidak menimpa lagi umat Islam. Na’udzbillahi mindzalik!

Sebagai sebuah realitas di masyarakat muslim yang sedang diserang gerakan pemurtadan, hal ini patut dicermati. Dan seiring dengan isu-isu yang memojokkan umat Islam semacam kasus GKI Yasmin Bogor, HKBP Ciketing Bekasi, dll, kegiatan Kristenisasi alias pemurtadan semakin digencarkan. International Cirisis Gorup (ICG) pernah membuat laporan bahwa pemicu terjadinya berbagai bentrokan antara umat Islam dengan Kristen di Indonesia adalah adanya aktivitas Kristenisasi yang sangat agresif, khususnya di daerah Jawa Barat yang merupakan basis umat Islam terkuat di Indonesia. ICG dalam laporannya mencantumkan berbagai lembaga Kristen yang aktif melakukan pemurtadan terhadap suku Sunda di Jawa Barat, seperti Joshua Project, Yayasan Beja Kabungahan (Lampstand) sebuah  lembaga misionaris Amerika; Partners International (Mitra Internasional), berbasis di Spokane, Washington; Frontiers, berbasis di Arizona AS. Dua lembaga Kristen yang melakukan penginjilan secara radikal di Bekasi Jawa Barat adalah Yayasan Mahanaim dan Yayasan Bethmidrash Talmiddin. Baru-baru ini misionaris Kristen membajak program Mobil Pintar Ani Yudhoyono untuk aksi pemurtadan kepada anak-anak sekolah  SD negeri bahkan SD Islam. Masyaallah!

Sebenarnya sudah ada peraturan yang melarang penyiaran agama kepada warga negara Indonesia yang telah beragama (SK Menteri Agama nomor 70 tahun 1978).  Namun SK itu tak pernah ditaati oleh pihak Kristen, bahkan mereka menyasar daerah-daerah Islam. Aktivitas pemurtadan di kantong-kantong miskin dengan kedok sosial (diakonia) kerap kali mereka lakukan.  Kegiatan membawa anak-anak muslim ke Gereja di daerah basis Islam di Jawa Timur seperti Pasuruan sudah dilakukan sejak tahun 1970-an.  Anak-anak kaum miskin di kota Pasuruan diajak bersama-sama naik becak setiap minggu ke Gereja dan pulang diberi oleh-oleh kue-kue dan permen masing-masing satu kantong. Rekaman video penyiaran Kristen oleh misionaris Amerika dengan pembagian al Kitab (Kitab Injil) dan uang kepada korban Gempa Padang Pariaman 2009 jelas menunjukkan pelanggaran peraturan menteri di atas, sebab penyiaran Kristen itu dilakukan terhadap komunitas Islam yang ditunjukkan oleh gambar penduduk muslimah yang mengenakan kerudung sebagai obyek penyiaran.  Di Bekasi mereka melakukan program Bekasi Berbagi yang ujung-ujungnya adalah pembaptisan seorang nenek berbusana muslimah.  Itu semua sekedar contoh diakonia yang mereka jalankan untuk memurtadkan umat Islam dan menarik mereka ke dalam agama Kristen.  Dan sejalan dengan penyiaran Kristen dan pemurtadan yang mereka lakukan di kantong-kantong umat Islam, peningkatan jumlah gereja berkali-kali lipat. Litbang Depag mencatat bahwa pertumbuhan Gereja sejak tahun 1990 hingga tahun 2008, meningkat sekitar 300 persen, sementara masjid hanya meningkat sekitar 60%. 

Kristenisasi Harus Dilawan

Kenapa pemurtadan dalam bentuk Kristenisasi ini semakin merajalela?  Sebab disamping didukung oleh militansi Kristen dan sokongan dana dalam dan luar negeri, juga ada sokongan opini kebebasan agama dari tokoh dan media sekuler liberal.  Melihat situasi dan kondisi yang terus mendesak dan memojokkan Islam dan umat Islam, serta menggerus aqidah umat Islam, maka hanya satu kata yang harus dilakukan oleh umat Islam, yaitu: LAWAN! 

Kenapa kita harus melawan?  Pertama, kita mempertahankan hak kita untuk beragama Islam dan menjalankan kebebasan serta kekhusyu’an kita untuk menjalankan agama Islam yang haq yang dijamin konstitusi dan Undang-undang. Juga Allah  SWT memerintahkan kita untuk mempertahankan aqidah Islam kita sampai titik darah yang penghabisan. Allah SWT berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam. (QS. Ali Imran 102).

Kedua,  Allah SWT memberikan warning kepada kita akan bahaya peperangan yang dilakukan oleh orang-orang non Islam yang tujuannya adalah memurtadkan kita, paling tidak membuat kita tidak lagi berpegang teguh pada agama kita, alias menjadi muslim yang tidak taat, yang biasa-biasa saja, yang melempem, yang lembek, yang toleran terhadap kemusyrikan dan kemaksiatan, yang semua itu menggerus aqidah kita yang kalau tidak disadari akan menghilangkannya sama sekali.  Na’udzubillahi mindzalik.  Allah SWT berfirman:

Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup...
(QS. Al Baqarah 217).

Padahal dalam lanjutan ayat di atas Allah SWT memperingatkan kepada umat Islam tentang betapa bahayanya orang yang keluar alias murtad dari Islam, orang yang kembali kafir setelah memeluk agama Islam, yakni sia-sia amalannya dan dipastikan kekal di neraka.  Tentu ini adalah kerugian dan kemalangan yang sangat besar bagi seorang muslim dan umat Islam. Allah SWT berfirman:
  
Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu Dia mati dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.
(QS. Al Baqarah 217). 

Oleh karena itu, bagi kita umat Islam yang percaya kepada Allah dan rasul-Nya serta percaya kepada kebenaran kitab suci Al Quran sebagai kalamullah, firman Allah SWT, dan yakin bahwa kehidupan akhirat adalah kehidupan yang sebenarnya, mempertahankan iman, aqidah Islam, adalah harga mati!  Menolak dan melawan pemurtadan adalah jihad yang mulia!  Allahu Akbar!

Strategi Melawan Kristenisasi

Bagaimana caranya umat Islam mewalan Kristenisasi yang merupakan perang terhadap umat Islam yang bertujuan untuk memurtadkan umat Islam agar kembali kafir itu? 

Secara umum umat Islam harus menempuh lima strategi induk:
(1) Konsolidasi pemikiran dan perasaan umat Islam serta perlunya mempraktekkan kehidupan Islam secara berjamaah;
(2) Menanamkan perasaan yakin dan bangga dengan ajaran Islam yang diridloi Allah dalam diri umat serta tidak minder menghadapi orang Kristen dan kaum kafir lainnya;
(3)  Membuka hakikat Kristen menurut Al Quran dan Sunnah Nabi Muhammad saw. serta realitas historis maupun sosial politik keberadaan mereka di Indonesia;
(4) Membuka makar Kristen dan Kristenisasi di Indonesia;
(5) Membentuk kesatuan opini dan gerakan umat Islam menghadapi berbagai serangan dan manuver Kristen dan Kristenisasi di Indonesia.  

Strategi Pertama: Konsolidasi pemikiran dan perasaan umat Islam serta perlunya mempraktekkan kehidupan Islam secara berjamaah;

Dalam hal ini umat Islam harus berpegang teguh kepada tali agama Allah dan tidak bercerai berai. Allah SWT berfirman:

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (QS. Ali Imran 103). 

Cara berpegang teguh kepada tali agama Allah, adalah dengan mempelajari, memahami secara kaffah, yakni bahwa ajaran Islam adalah hukum-hukum Allah SWT yang Dia turunkan kepada Sayyidina Muhammad saw. baik yang berkenaan dengan hubungan seorang manusia dengan Allah Al Khaliq, seperti hukum-hukum tentang aqidah dan ibadat; hukum-hukum yang berkaitan antara hubungan seorang manusia dengan dirinya sendiri seperti hukum-hukum tentang makanan, minuman, pakaian, dan akhlaq; maupun hukum-hukum dan peraturan Allah SWT yang berkaitan dengan hubungan seorang manusia dengan sesamanya seperti hukum-hukum tentang muamalat dan jinayat, tentang ekonomi, tentang politik dalam dan luar negeri, sosial budaya, pertahanan keamanan, tentang pemerintahan dan hak-hak rakyat, dan lain-lain.  Dengan mempelajari, memahami, dan mempraktekkan ibadah dan seluruh syariat  Islam secara berjamaah akan menjadikan konsolidasi umat berjalan sempurna. Allah SWT berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS. Al Baqarah 208).

Oleh karenanya, umat Islam harus meningkatkan kualitas dan kuantitasnya dalam melaksanakan sholat  berjamaah lima waktu di masjid-masjid di lingkungannya, meningkatkan komunikasi dan silaturrahmi serta ukhuwah Islamiyah di antara sesama jamaah masjid di lingkungan tempat tinggal maupun tempat kerja mereka. Juga harus meningkatkan wawasan dan ilmu mereka tentang aqidah dan syariat Islam dalam berbagai aspek kehidupan yang bisa diperolehnya melalui pengajian-pengajian tafsir, fiqh, dan aqidah di masjid-masjid dan musholla di lingkungan tempat tinggal maupun di kantor mereka.   Dengan demikian umat Islam  paham betul terhadap agamanya sehingga pemahaman yang jelas dan kaffah itu membentuk benteng pertahanan yang kokoh dalam diri mereka dari serangan Kristenisasi maupun pemurtadan model apapun.  

Strategi kedua: Menanamkan perasaan yakin dan bangga dengan ajaran Islam yang diridloi Allah dalam diri umat serta tidak minder menghadapi orang Kristen dan kaum kafir lainnya.

Untuk meningkatkan imunitas umat Islam dari serangan virus pemurtadan, secara spesifik umat Islam harus mempelajari dan memahami, bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang sempurna dan diridloi Allah sebagaimana firman-Nya:

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu.. (QS. Al Maidah 3).  

Dan agama selain Islam, termasuk Kristen adalah agama yang tidak diterima oleh Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:

Maka Apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, Padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan. Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan Para Nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nyalah Kami menyerahkan diri." Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS. Ali Imran 85).

Dan seharusnya orang-orang Kristen, kalau mereka benar-benar beriman kepada kitab Injil yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Isa a.s.  yang disebut-sebut dalam QS. Ali Imran ayat 84 di atas, tentunya mereka mengimani Nabi Muhammad saw. karena Nabi Muhammad adalah Ahmad yang disebut-sebut oleh Nabi Isa a.s. sebagai kabar gembira yang akan datang sesudah beliau a.s., sebagaimana disebut dalam firman Allah SWT:

dan (ingatlah) ketika Isa Ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, Yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)." Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata." (QS. As Shaff 6).

Dan Allah SWT menegaskan bahwa orang-orang Kristen, sebagai ahli Kitab, sebagaimna Yahudi, adalah lebih baik masuk Islam. Allah SWT berfirman:

Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
(QS. Ali Imran 110).

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menerangkan bahwa yang dimaksud dengan beriman dalam ayat di atas adalah beriman kepada apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., yakni dinul Islam, AL Quran dan As Sunnah.  

Oleh karena itu, umat Islam harus bangga sebagai umat Islam. Tidak boleh minder dengan dengan kehebatan bangsa-bangsa Kristen dan Yahudi di AS dan Eropa maupun bangsa-bangsa kafir lainnya semacam China, Jepang, dan India, yang hari ini menguasai politik dan ekonomi dunia serta sumber-sumber kekuasaan dan kekuatan dunia; dan juga merajalelanya mereka di seluruh dunia, termasuk di negeri-negeri kaum muslimin di seluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia.  Itu sekedar kesenangan sementara saja untuk mereka, sampai umat ini bangkit kembali berjuang merebut kedaulatan mereka atas negara dan tanah air mereka beserta segala kekayaan yang ada di dalamnya. Allah SWT menegaskan hal itu dalam firman-Nya:

Janganlah sekali-kali kamu terperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri.  Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahannam; dan Jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya. (QS. Ali Imran 196-197).

Umat Islam adalah umat yang tinggi derajatnya jika benar-benar memegang agamanya. Dan umat Islam sudah pernah membuktikan ketinggiannya dengan mengalahkan Rumawi dan  Persia, dua adidaya dunia pada saat itu,  pada tahun 15H, lima tahun ba’da wafatnya Rasulullah saw. yang berhasil membina umat Islam dalam tempo 23 tahun, 28 tahun ba’da turunnya ayat Al Quran yang pertama, yakni pada masa Khalifah Umar bin Al Khaththab sebagai amirul mukminin. Dan setelah itu Negara Umat Islam menjadi Negara adidaya dan pusat peradaban dunia selama berabad-abad hingga Eropa bangkit dengan Revolusi Industrinya pada abad 19. Kalau hari ini umat Islam di seluruh dunia masih terpuruk dan tertinggal jauh dari bangsa-bangsa Yahudi dan Nasrani dan bangsa-bangsa lainnya,  itu adalah ujian agar umat ini mau bangkit dan berjuang untuk menegakkan izzah Islam dan kaum muslimin hingga bisa mencapai kejayaannya kembali.  Allah SWT berfirman:

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, Maka Sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); … (QS. Ali Imran 139-140).

Jadi ketinggian, keunggulan, dan kehebatan umat Islam tidak datang begitu saja. Tapi diperoleh dengan perjuangan, kesungguhan, jihad, bahkan peperangan yang beresiko luka atau terbunuh sebagaimana disebut ayat di atas.  Hal itu telah ditempuh dan didapatkan oleh generasi para sahabat yang berjuang bersama baginda Rasulullah saw., Sayyidul Anbiya wal Mursalin, Imamul Mujahidin, yang berkuasa di Darul Muhajirin yang beribukota di Madinatur Rasul, Al Madinah al Munawwarah.

Ya, umat Islam bilamana benar-benar mempercayai kebenaran seluruh ajaran Allah SWT, yakni hokum-hukum Islam yang mencakup seluruh aspek kehidupan dan berjuang mewujudkannya dalam realitas kehidupan nyata seperti Rasulullah saw. dan para sahabatnya, pasti memperoleh predikat dari Allah sebagai khairu ummah alias  sebaik-baik umat (QS. Ali Imran 110) dan ummatan wasathan alias umat yang adil dan pilihan (QS. Al Baqarah 143).   

Strategi Ketiga:  Membuka hakikat Kristen menurut Al Quran dan Sunnah Nabi Muhammad saw. serta realitas historis maupun sosial politik keberadaan mereka di Indonesia.

Untuk menangkis dan bila perlu melakukan pukulan balik kepada para penyerang aqidah umat Islam, maka umat Islam  harus membekali diri dengan memahami berbagai ayat al Quran yang menerangkan hakikat orang-orang Kristen dan penyimpangan yang mereka lakukan dari agama Allah SWT yang sebenarnya diturunkan kepada Nabi Isa a.s. Misalnya, firman Allah SWT:  

Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah itu ialah Al masih putera Maryam". Katakanlah: "Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al masih putera Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di bumi kesemuanya?".. (QS. Al Maidah 17).

Juga firman-Nya:

Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga", Padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan yang Esa...
(QS. Al Maidah 73)

Dari dua ayat di atas jelaslah bahwa telah kafirlah orang yang mempertuhankan Nabi Isa a.s.  dan mereka yang mempertuhankan tiga tuhan (trinitas). 

Oleh karena itu, tidak benar apa yang diajarkan kepada para pejabat, para politisi, dan para petinggi militer di Indonesia bahwa yang di maksud orang kafir di dalam Al Quran adalah orang musyrikin Quraisy, bukan orang Kristen. Memang orang-orang kafir Quraisy alias musyrikin Quraisy adalah orang kafir. Tapi yang kafir tidak hanya mereka, juga orang-orang Ahli Kitab, Yahudi dan Nasrani alias Kristen.  Allah SWT berfirman:

Sesungguhnya orang-orang yang kafir Yakni ahli kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. (QS. Al Bayyinah 6).  

Demikian juga tidak bisa dibenarkan orang-orang yang mengatakan bahwa orang Kristen dengan kita sama saja, mereka juga dijamin masuk surga. Mereka berdalil dengan firman Allah SWT:

Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
(QS. Al Baqarah 62).

Dalam tafsir terjemah Depag disebutkan catatan kaki “yang beriman kepada Allah” dalam ayat tersebut adalah orang-orang mukmin, orang Yahudi, Nasrani dan Shabiin yang beriman kepada Allah termasuk beriman kepada Muhammad s.a.w., percaya kepada hari akhirat dan mengerjakan amalan yang saleh, yakni perbuatan yang baik yang diperintahkan oleh agama Islam, baik yang berhubungan dengan agama atau tidak.

Dalam tafsir Jalalain diterangkan bahwa siapapun mereka yang disebut dalam ayat di atas bilamana beriman kepada Allah dan hari akhir di zaman kita, dan beramal salih dengan syariat Nabi Muhammad saw.  Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengutip suatu riwayat dari Ibnu Abbas r.a.  bahwa tidak diterima dari seorang pun suatu cara atau perbuatan kecuali yang sesuai dengan syariat Muhammad  saw. setelah diutusnya beliau saw. dengan membawa dinul Islam. Adapun sebelum diutusnya Rasulullah saw., siapa saja yang mengikuti Rasul di zamannya maka dia berarti berjalan di atas petunjuk dan jalan selamat.  Orang-orang Yahudi yang mengikuti Nabi Musa a.s. yang dahulu berhukum kepada Taurat di zaman mereka; tatkala diutus Isa.a.s. maka Bani Israil wajib mengikut dan terikat kepada beliau a.s. dan menjadi Nashara; dan tatkala diutus Nabi Muhammad saw. menjadi rasul bagi seluruh anak Adam  mereka wajib membenarkan dan meyakini apa yang beliau kabarkan dan mentaati apa yang beliau perintahkan.  

Tidak benar juga orang yang mengatakan bahwa semua agama sama.  Islam, Kristen, dan Yahudi sama-sama agama keturunan Nabi Ibrahim.  Mereka berdalil bahwa kita diperintahkan mencari kesamaan di antara agama islam, Yahudi, dan Nasrani atau Kristen dengan firman Allah SWT:

Katakanlah: "Hai ahli Kitab, Marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara Kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah". Jika mereka berpaling Maka Katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa Kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". (QS. Ali Imran 64).

Ayat ini sering dipakai untuk persatuan antar agama, dengan maksud agar umat Islam tidak menonjolkan Islam, dan agar umat Islam tidak menuntut diterapkannya syariat Islam demi persatuan. Demi persatuan nasional umat Islam harus menanggalkan syariat Islam, bahkan menanggalkan sekedar cita-cita untuk penerapan syariat Islam secara formal oleh Negara. Negara ini Negara nasional, bukan Negara Islam. Negara nasional yang mengadopsi hukum kolonial warisan penjajah Belanda, dan hukum-hukum baru yang dibuat dengan mengadopsi hukum nasional bangsa-bangsa Kristen di Amerika dan Eropa, harus diterima oleh umat Islam yang mayoritas warga Negara NKRI  demi menyenangkan umat Kristen yang minoritas agar persatuan nasional tetap terjaga.  

Jelas ini adalah pemahaman yang tidak benar dan tidak adil.  Dan berkaitan dengan penggunaan ayat di atas ini adalah  pemahaman yang salah dan tidak ada asal usulnya dalam Islam.  Sebab, baginda Rasulullah saw justru menggunakan ayat di atas untuk mengajak Raja Heraclius, Raja Rumawi yang beragama Nasrani untuk masuk Islam. Marilah kita baca surat dakwah rasulullah saw. kepada Kaisar Heraclius:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ مِنْ مُحَمَّدٍ عَبْدِ اللهِ وَرَسُولِهِ إِلَى هِرَقْلَ عَظِيمِ الرُّومِ سَلاَمٌ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ الْهُدَى أَمَّا بَعْدُ فَإِنِّي أَدْعُوكَ بِدِعَايَةِ الإِسْلاَمِ أَسْلِمْ تَسْلَمْ يُؤْتِكَ اللَّهُ أَجْرَكَ مَرَّتَيْنِ فَإِنْ تَوَلَّيْتَ فَإِنَّ عَلَيْكَ إِثْمَ الأَرِيسِيِّينَ ، وَ{يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَنْ لاَ نَعْبُدَ إِلاَّ اللَّهَ ، وَلاَ نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا ، وَلاَ يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ}

Bismillahirrahmanirrahim. Dari Muhammad bin Abdillah kepada Heraclius, pembesar Rumawi, semoga keselamatan diberikan kepada siapa saja yang mengikuti hidayah Allah.   Amma ba’du.   Sungguh aku mengajak anda dengan seruan Islam.  Masuklah Islam niscaya anda selamat dan niscaya Allah akan memberikan pahala dua kali kepada kepada anda.   Namun jika anda menolak ajakan ini, maka anda menanggung dosa seluruh Al Arisiiyyin (rakyat anda),  Dan  "Hai ahli Kitab, Marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara Kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah". Jika mereka berpaling Maka Katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa Kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah) (Sahih al Bukhari Juz 1/7).

Jadi jelaslah bahwa Rasulullah saw. tidak membiarkan Kaisar Heraclius yang Nasrani, melainkan beliau ajak masuk Islam, dan beliau beri kabar kalau dia masuk Islam akan mendapatkan dua pahala, yakni pahala dirinya masuk Islam dan pahala seluruh rakyatnya yang masuk Islam. Namun beliau juga memperingatkan bahwa kalau dia menolak masuk Islam, maka dia berdosa dan menanggung pula dosa seluruh rakyatnya. Artinya, beliau tidak mengatakan Islam dan Kristen sama saja; atau masuk Islam dan tidak masuk Islam itu sama saja; atau apalagi masuk Islam dan keluar dari Islam boleh-boleh saja karena itu hak asasi manusia. Tidak.  

Dan dalam sebuah hadits  dari Abi Musa r.a. bahwa Rasulullah saw.bersabda:

عَنْ أَبِي مُوسَى ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ سَمِعَ بِي مِنْ أُمَّتِي أَوْ يَهُودِيٌّ أَوْ نَصْرَانِيٌّ ، ثُمَّ لَمْ يُؤْمِنْ بِي دَخَلَ النَّارَ.
Siapa saja di antara umatku atau seorang Yahudi, atau seorang Nashrani (Kristen), yang mendengar tentang aku,lalu tidak beriman kepadaku, dia pasti masuk neraka” (Musnad Ahmad Juz 4/398).
 

Juga perlu didalami makna-makna kandungan dari Surat Maryam yang pernah dibacakan oleh Ja’far bin Abi Thalib dan membuat menangis kepada Raja Najasyi yang Kristen dan para pembesarnya serta pendeta Kristen di istananya.   Perlu juga diperdalam makna-makna kandungan Surat Yasin yang pernah dibacakan oleh Rasulullah saw. kepada delegasi utusan Raja Najasyi  yang beragama Nasrani yang datang ke kota Madinah. Sejarah mencatat raja Najasyi masuk Islam dan para utusannya juga masuk Islam.    

Strategi Keempat: Membuka makar Kristen dan Kristenisasi di Indonesia;

Makar-makar Kristen dan Kristenisasi di Indonesia harus dibuka. Merekalah yang mendorong orang-orang muslim yang kurang pemahaman Islam mereka untuk bersikap nasionalis, yang maknanya adalah menolak Islam. Ancaman keluar dari NKRI bagi Indonesia Timur yang banyak dihuni orang-orang Kristen untuk menolak 7 kata dalam Pembukaan UUD 1945 yang sudah diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Tujuh kata itu  dalam pembukaan UUD 1945 adalah anak kalimat dengan menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya dalam pembukaan UUD 1945 yang merupakan hasil kompromi (Bung Karno menyebutnya sebagai “Gentleman Agreement”) setelah proposal para ulama dan tokoh umat Islam di BPUPKI agar negara ini dibangun berdasarkan Ketuhanan dengan menjalankan Syariat Islam, yakni kembali kepada status hukum pra penjajah Belanda, hukum para Sultan di Nusantara.  

Dengan menolak Syariat Islam, maka NKRI dijalankan dengan hukum warisan Penjajah Belanda yang beragama Nasrani yang telah mengkristenkan sebagian umat Islam Indonesia khususnya di daerah belahan timur Indonesia. Dan selanjutnya orang-orang Kristen mendorong kaum muslimin yang berhaluan nasionalis untuk selalu menolak RUU yang dianggap berbau Syariat Islam seperti RUU Perkawinan, RUU Peradilan Agama, RUU Sisdiknas, RUU APP, dan lain-lain. Mereka juga menolak berbagai UU dan Peraturan pemerintah/Menteri yang memungkinkan ajaran Islam dinodai atau umat Islam murtad dan atau dimurtadkan seperti judicial review atas UU No 1/PNPS/1965 yang melarang penodaan agama, semacam kasus Ahmadiyah tahun lalu di MK. Juga mereka kerapkali melanggar PBM tentang pendirian rumah ibadah seperti kasus HKBP Ciketing Bekasi dan GKI  Yasmin Bogor. Mereka melanggar secara arogan PBM yang disusun oleh para pemuka agama termasuk dari Kristen, namun mengopinikan kepada dunia bahwa kebebasan mereka beribadah dan beragama dilanggar oleh umat Islam yang mereka tuduh intoleran. Dengan enaknya mereka membuat  berbagai kebohongan untuk menyudutkan Islam dan umat Islam agar mendapatkan simpati publik dengan dukungan media massa yang jelas-jelas pro mereka. Jelas ini makar yang nyata kepada umat Islam! 

Dan mereka terus agresif melakukan kristenisasi alias pemurtadan kepada umat Islam. Kita umat Islam tidak perlu sedih dengan sikap mereka. Yang jelas Allah SWT pasti membalas makar mereka dan siapapun kepada umat Islam. 

Namun yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa pemurtadan oleh Kristen terhadap umat Islam harus dihadapi dengan rasional dan sistematis sesuai dengan petunjuk syariat Islam. Dan siapapun di antara umat Islam harus memiliki kesadaran ini supaya dimanapun dan kapanpun umat Islam siap menghadang Kristenisasi yang sangat membahayakan aqidah umat itu.

Strategi Kelima: Membentuk kesatuan opini dan gerakan umat Islam menghadapi berbagai serangan dan manuver Kristen dan Kristenisasi di Indonesia.  

Umat Islam harus menetapkan satu pendapat bahwa pemurtadan oleh pihak Kristen tidak bisa ditoleransi.  Harus dilawan dengan jihad menolak pemurtadan.  

Sudah waktunya umat Islam, dalam hal ini para ulama, habaib, dan para pimpinan partai, ormas, pesantren, maupun lembaga-lembaga Islam lainnya, termasuk pimpinan majelis-majelis taklim dan menyatukan visi dan misi perjuangan Islam. Termasuk menyatukan visi misi bersama umat Islam dalam menghadang Kristenisasi, walau mungkin agak terlambat. Para pimpinan umat Islam termasuk di dalamnya para pejabat di Kementerian Agama  harus membuat strategi bersama melawan Kristenisasi yang memurtadkan umat Islam, yang jelas melanggar SK Menteri Agama tentang larangan penyiaran agama kepada warga negara NKRI yang sudah beragama (SK Menteri Agama nomor 70 tahun 1978).   

Para pengurus DKM masjid dan musolla sebagai ujung tombak perjuangn menghadang pemurtadan umat oleh pihak Kristen harus menyelenggarakan berbagai pengajian dan pelatihan untuk jihad menghadapi pemurtadan dan meminta para ulama dan ahli Kristologi untuk memberikan pelajaran yang efektif dan efisien untuk bekal para mujahid yang menghadapi serangan pemurtadan. Para ulama diminta menerangkan kepada para pemuda pejuangan penghadang pemurtadan bagaimana sirah Nabi saw. mengahadapi kaum Kristen, bagaimana penjelasan para mufassir terhadap ayat-ayat yang menerangkan hakikat Kristen dan orang-orang kafir ahli kitab, juga bagaimana bahaya tindakan murtad, serta bagaimana hukum Islam mendudukkan orang-orang Kristen sebagai minoritas yang dalam istilah fiqh disebut ahlu dzimmah. Juga para Kristolog dan mantan pendeta diminta menerangkan bagaimana strategi, taktik, dan modus operandi pemurtadan oleh pihak Kristen di Indonesia, termasuk lembaga-lembaga missi Kristen yang harus diwaspadai. Dan tentunya adalah bagaimana menjalin ukhuwah Islamiyyah secara riil untuk tegaknya kehidupan Islam di tengah kehidupan umat secara nyata. Mudah-mudahan dengan langkah tersebut, aqidah umat islam diselamatkan dan izzah umat agar berdaulat di negerinya sendiri ditegakkan. 

Allah SWT berfirman:

Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai. (QS. At Taubah 33)

Allah juga berfirman:
Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (QS. Muhammad 7)

Hasbunallah wani’mal wakil Ni’mal maula wani’man nashiir laa haula walaa quwwata illa billaahil ‘aliyyilazhiim!

Bogor, 16 Dzulhijjah 1432 H

0 komentar:

Al-Qur'an Digital

Terjemah

Barat Bungkam terhadap Nuklir Zionis

Syi'ah Tak Pernah Berperang Melawan Israel

Oleh, AM Waskito

Salah satu alasan yang membuat kaum Syiah Rafidhah selalu berbunga-bunga ialah sebagai berikut…

[=] Syiah adalah musuh terbesar Amerika dan Israel.

[=] Syiah adalah musuh utama Zionis Yahudi yang sangat ditakuti karena punya intalasi nuklir.

Sejarah Syiah: "Selalu Menusuk Ahlus Sunnah dari Belakang. Dan Tak Pernah Perang Melawan Orang Kafir."
[=] Hizbullah adalah sosok kekuatan Syiah yang selalu gagah-berani menghadang barisan Zionis Israel.

[=] Sementara Saudi, Kuwait, dan Qatar, selalu bermanis-manis kata dengan dedengkot Yahudi, yaitu Amerika.

[=] Revolusi Khomeini adalah revolusi Islam yang menginspirasi perjuangan gerakan-gerakan Islam di dunia.

Ya, kurang lebih begitu klaim para aktivis agama Persia (Syiah Rafidhah) ini. Di berbagai forum, kesempatan, termasuk dalam diskusi di blog ini, alasan-alasan itu selalu mereka munculkan. Seakan-akan, tidak lagi alasan bagi Syiah untuk tetap eksis di muka bumi, selain klaim-klaim seperti itu.

Lalu bagaimana pandangan kita sebagai Ahlus Sunnah tentang klaim kaum Syiah ini?

Mari kita bahas secara ringkas dan praktis, dengan memohon pertolongan Allah Al Hadi…

PERTAMA. Kaum Syiah Rafidhah itu terus bekerja keras dan sangat nafsu, agar mereka tetap diakui sebagai Islam, tetap dipandang sebagai Muslim, tetap menjadi bagian dari kaum Muslimin sedunia. Hal ini adalah hakikat siksaan spiritual yang Allah timpakan atas hati-hati mereka, selamanya. Mereka telah sangat berdosa karena mencaci, melecehkan, mengutuk, dan mendoakan keburukan atas isteri-isteri Nabi, para Khulafaur Rasyidin, dan para Shahabat Radhiyallahu ‘Anhum. Maka Allah pun menjadikan mereka selalu gelisah, takut, dan sangat menginginkan diberi label Islam atau Muslim. Mereka selalu dalam kebingungan seperti ini, layaknya Bani Israil yang kebingungan selama 40 tahun di Padang Tiih, karena telah menghina Musa ‘Alaihissalam dan Allah Ta’ala. Lihatlah manusia-manusia pemeluk agama Persia (Rafidhah) itu…mereka kemana-mana membawa laknat atas doa-doa laknat yang mereka bacakan untuk mengutuki manusia-manusia terbaik dari para Shahabat Radhiyallahu ‘Anhum.

KEDUA. Dalam sejarahnya, sejak zaman Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu sampai hari ini, ketahuilah bahwa Syiah Rafidhah (agama Persia) ini tidak pernah berjihad melawan kaum kufar, baik itu Nashrani, Yahudi, musyrikin, dan orang-orang atheis. Syiah tidak punya sejarah jihad menghadapi kaum kufar. “Jihad” kaum Syiah sebagian besar diarahkan untuk menyerang kaum Sunni, sejak zaman dahulu sampai saat ini.

Mula-mula Syiah di Kufah mengundang Husein Radhiyallahu ‘Anhu datang ke Kufah, katanya mau dibaiat. Karena Husein sudah berangkat ke Kufah, oleh penguasa kala itu (Yazid bin Muawiyah) Husein dianggap bughat, sehingga boleh ditumpas. Waktu tiba di Kufah, tak satu pun kaum Syiah keluar untuk membaiat, menolong dan mendukung Husein. Posisi Husein sangat terjepit, akan kembali ke Madinah, dia sudah dianggap bughat. Meminta bantuan Kufah, tak satu pun Syiah yang akan menolong. Akhirnya, Husein ditumpas di Padang Karbala. Bahkan kala penumpasan itu, tak satu pun hidung Syiah menampakkan diri, walau sekedar untuk menolong korban dari pihak Husein dan keluarganya. Nah, peristiwa pembantaian Husein oleh kaum Syiah itulah yang selalu mereka rayakan dan nikmati dalam momen-momen Asyura. Air mata mereka mengutuk para pembunuh Husein, sedangkan hati mereka berucap: “Alhamdulillah Husein dan keluarganya telah binasa di Karbala.”

“Jihad” kaum Syiah berikutnya ialah membantu Hulagu Khan (penguasa Mongol) untuk menumpas Khilafah Abbassiyah. Kemudian mereka berusaha melenyapkan kaum Sunni di Mesir, tetapi berhasil ditumpas oleh Nuruddin Mahmud Zanki. Mereka terus menikam perjuangan Shalahuddin Al Ayyubi. Mereka juga selalu menjadi musuh Khilafah Turki Utsmani, selalu kerjasama dengan negara-negara Nashrani Eropa untuk melemahkan Khilafah Turki. Di zaman kontemporer, Revolusi Khomeini di Iran telah menumpas Ahlus Sunnah di Iran. Mereka juga menikam perjuangan mujahidin di Afghanistan. Mereka membantai Ahlus Sunnah di Irak, Libanon, Suriah, Yaman, bahkan mereka hampir menguasai Bahrain.

Singkat kata, tidak ada Jihad kaum Syiah dalam sejarah, selain “jihad” yang diarahkan untuk memusnahkan dan menghancur-leburkan kaum Sunni. Sejarah klasik dan modern sudah memaparkan fakta. Bahkan dalam kasus Iran Contra Gate terbongkar skandal besar. Ternyata, di balik gerakan Kontra di Nikaragua, Amerika memasok senjata kepada para gerilyawan itu. Darimana dananya? Dari hasil kerjasama jual-beli minyak dengan Iran. Padahal dalam kampanye dunia, sudah dimaklumkan bahwa Amerika itu sedang konflik dengan Iran. Tetapi di balik itu ada sandiwara “jual-beli minyak” yang menggelikan. Kasus ini sangat terkenal, sehingga seorang kolonel Amerika dikorbankan sebagai tumbalnya.

KETIGA. Apa sih yang dilakukan Hizbullah (Syiah Rafidhah) di Libanon kepada Israel? Apakah dia terlibat perang terbuka dengan Israel? Apakah dia menduduki wilayah Israel dan berusaha mengusir penduduk Yahudi? Ternyata, aksi-aksi Hizbullah itu hanya melepaskan tembakan mortir ke arah pasukan Israel atau wilayah Israel. Atau mereka melakukan tembakan senapan, atau tembakan rudal anti tank. Hanya itu saja. Mereka tidak pernah terlibat perang terbuka vis a vis, seperti para pejuang Ahlus Sunnah di Irak, Afghanistan, Chechnya dan lainnya. Jadi singkat kata, aksi-aksi Hizbullah itu hanya semacam “main-main” untuk membuang amunisi-amunisi ringan. Itu saja kok.

KEEMPAT. Dalam sejarah perang Arab-Israel, sejak merdeka tahun 1948 Israel sudah berkali-kali bertempur dengan pasukan Arab. Yang terkenal adalah perang tahun 48, perang tahun 67, dan perang tahun 70-an. Ia kerap disebut perang Arab-Israel. Setelah itu belum ada lagi perang yang significant. Dalam sejarah ini, lagi-lagi tiada peranan Iran sama sekali. Bahkan ketika Ghaza dihancur-leburkan Israel pada tahun 2008-2009 lalu, Iran lagi-lagi tidak terlibat apa-apa. Jadi, apa yang bisa dibanggakan dari manusia-manusia pemeluk agama Persia (Syiah Rafidhah) itu?

KELIMA. Menurut Ustadz Farid Okbah, di Iran itu sangat banyak orang-orang Yahudi. Menurut informasi, jumlahnya bisa mencapai 50.000 jiwa. Mereka bisa hidup aman dan sentosa di Iran, sedangkan Ahlus Sunnah hidupnya sangat menderita disana. Iran bersikap welcome kepada kaum Yahudi, dan sangat ofensif kepada kaum Muslimin. Ini adalah realitas yang sangat menyedihkan. Makanya tidak salah kalau ada yang mengatakan, Rafidhah lebih sadis dari orang-orang kafir lain.

Contoh yang sangat unik ialah kerjasama antara Hamas dan Iran. Banyak orang menyebutkan, Hamas kerap kerjasama dengan Iran. Hal itu konon berdasarkan sikap Syaikh Al Bana yang dulunya pernah berujar, bahwa Syiah adalah sesama saudara Muslim juga. Mereka sama-sama Ahlul Qiblah. Tetapi realitasnya, Ikhwanul Muslimin di Suriah dibantai puluhan ribu manusia disana oleh regim Hafezh Assad. Ternyata, regim itu dan anaknya, dibantu oleh Iran juga. Nah, ini kan sangat ironis. Hamas kerjasama dengan Iran, sementara Al Ikhwan di Suriah dibantai oleh regim Suriah yang didukung oleh Iran.

KEENAM. Propaganda bahwa Syiah Rafidhah itu musuh Zionis Israel, semua ini hanya propaganda belaka. Sejatinya mereka itu teman-karib, sahabat dekat, saling tolong-menolong, sebagian menjadi wali atas sebagian yang lain. Mereka ini selamanya tak akan pernah terlibat dalam peperangan. Kaum Yahudi membutuhkan Iran, sebagai seteru Ahlus Sunnah. Sedangkan Iran membutuhkan Yahudi, juga sebagai seteru Ahlus Sunnah. Dalam hadits Nabi Saw juga disebutkan bahwa kelak dajjal akan muncul dari Isfahan (salah satu kota di Iran yang saat ini banyak dihuni Yahudi) dengan 70.000 pasukan. Yahudi membutuhkan Iran, karena darinya akan muncul pemimpin mereka. Dan dalam literatur-literatur Syiah, sosok dajjal itu sebenarnya adalah sosok “Al Mahdi Al Muntazhar” yang selalu mereka tunggu-tunggu. Begitulah, banyak kesamaan kepentingan antara Syiah dan Yahudi.

KETUJUH. Fakta berikutnya yang sangat mencengangkan. Ternyata Syiah Iran juga menjalin kerjasama dengan China dan Rusia, dua negara dedengkotnya Komunis. Mereka ini umumnya kerjasama dalam soal industri, perdagangan, dan jual-beli senjata. Ketika Amerika berniat menjatuhkan sanksi akibat instalasi nuklir Iran, segera China dan Rusia memveto niatan itu. Kedua negara terang-terangan membela Iran. Begitu juga China dan Rusia juga membela regim Bashar Assad (semoga Allah Al Aziz segera memecahkan kepala manusia durjana satu ini, amin ya Mujibas sa’ilin) dari ancaman sanksi internasional. Sedangkan kita tahu, regim Suriah sangat dekat koneksinya dengan Iran. Jadi, kita bisa simpulkan sendiri posisi Iran di mata China, Rusia, dan regim Suriah.

Jadi kalau kemudian kita mendengar propaganda Syiah anti Yahudi, Syiah anti Amerika, Syiah anti Zionis, dan sebagainya…ya sudahlah, saya akan ketawa saja. Tidak usah dianggap serius. Anggaplah semua itu hanya “olah-raga kata-kata” saja (meminjam istilah seorang politisi busuk). Syiah selamanya akan berkawan dengan kaum kufar dan sangat apriori dengan kaum Muslimin (Ahlus Sunnah). Mereka itu lahir dari sejarah kita, tetapi wujud dan hatinya milik orang kafir. Na’udzubillah wa na’udzubillah min dzalik.

Semoga artikel sederhana ini bermanfaat. Semoga kita semakin sadar, bahwa Syiah Rafidhah bukanlah kawan. Mereka membutuhkan istilah kawan selagi masih lemah. Nanti kalau sudah kuat, mereka akan menghancur-leburkan Ahlus Sunnah. Tetapi cukuplah Allah Ta’ala sebagai Wali, Pelindung, dan Penolong kita. Dialah sebaik-baik Pelindung dan Penjaga. Walhamdulillahi Rabbil a’alamiin

Kasus Solo Bukan Terorisme Tetapi Operasi Intelijen

MT Arifin
(Pengamat Militer dan Intelijen)



Pengamat Militer dan Intelijen dari Solo, MT Arifin menceriterakan, pasca terjadinya penembakan mati terduga teroris di Solo, Farhan dan Mukhsin oleh pasukan Densus, Jum’at (31/8/2012), dirinya langsung diwawancarai oleh stasiun televisi swasta nasional dari Jakarta. Dalam wawancara itu dia mengemukakan bahwa kasus Solo itu bukanlah terorisme tetapi merupakan operasi intelijen.

Namun anehnya, sehari kemudian dirinya mendapat serangan santet yang datangnya dari arah Jakarta. “Alhamdulillah, serangan santet itu berhasil digagalkan,” ungkap MT Arifin yang juga memahami masalah supranatural tersebut. Pengamat Militer dan Intelijen itu tidak mau menduga-duga, siapa yang memerintahkan serangan jahat melalui ilmu hitam tersebut.

Berikut ini wawancara Tabloid Suara Islam dengan MT Arifin seputar terorisme dan operasi intelijen untuk menciptakan keadaan dan mengalihkan isu krusial yang terjadi pada pemerintahan SBY.


Mengapa kelompok Islam selalu disebut teroris, sedangkan Kristen seperti RMS dan OPM separatis, padahal mereka lebih banyak menimbulkan korban bagi personil TNI dan Polri ?

Persoalan istilah teroris dan separatis bukan stigmatisasi terhadap kelompok yang melakukan perlawanan pada institusi resmi, tetapi didasarkan atas konsep politik yang berkaitan dengan sifat yang ingin dilakukan dengan melakukan tindakan itu. Separatis konsepnya berkaitan dengan pemisahan, misalnya suku atau daerah ingin memisahkan diri dari negara. Sedangkan teroris konsep politik yang berkaitan dengan tindakan kekerasan untuk membentuk opini publik dan melakukan tekanan terhadap kekuasaan. Jadi dasarnya adalah konsep politik.

Dalam konteks Kenegaraan, lebih berbahaya mana antara teroris dan separatis ?

Persoalannya bukan lebih berbahaya mana antara teroris dan separatis. Persoalannya adalah gerakan itu menimbulkan efek yang bagaimana. Kemudian akibat dari efek itu akan menimbulkan konsekuensi-konsekuensi politik tertentu. Kalau dulu sampai sekarang separatis dihadapi oleh angkatan perang, tetapi kalau teroris dihadapi polisi. Kalau sekarang separatis dihadapi polisi, itu tergantung UU. Misalnya, kalau dianggap sebagai suatu tindakan yang membuat kekacauan di masyakarat dimana law and order terganggu, biasanya dihadapi polisi. Tetapi kalau sudah perlawanan total secara resmi, maka akan dihadapi militer dan semuanya dipengaruhi UU yang berlaku.

Mengapa sasaran Densus selalu umat Islam, padahal Kristen juga banyak terorisnya seperti Laskar Kristus yang aktif melakukan latihan militer di berbagai tempat tetapi dibiarkan saja ?

Kalau dilihat secara keseluruhan sebenarnya tidak begitu, terbukti Tibo cs yang melakukan pembantaian terhadap umat Islam di Poso juga dihukum mati. Sebenarnya kalau dilihat dari segi hukum, siapapun dan apapun kelompok tanpa pandang bulu diberlakukan sama. Memang di Indonesia yang sering jadi sasaran adalah umat Islam karena mayoritas. Kemudian dilihat dari pergerakan dan sejarah serta rumusan yang ada di jaringan intelijen, yang menjadi sasaran berbahaya adalah umat Islam sejak kasus pemberontakan DI-TII pada masa Kartosoewirjo. Kalau saya baca di berbagai buku intelijen, memang berasal dari sana. Sehingga Islam menjadi satu corak yang dianggap sangat menonjol. Pertanyaannya, mengapa kelompok non Islam tidak melakukan itu, karena mungkin mereka tidak terlalu besar dan lebih banyak melakukan gerakan separatisme seperti RMS dan OPM. Sebenarnya umat Islam juga pernah melakukan gerakan separatisme seperti GAM di Aceh.

Saya kira juga dipengaruhi perkembangan di tingkat global, terutama munculnya terorisme di tingkat internasional akibat kegagalan menyelesaikan kasus Afghanistan, terutama setelah terjadinya perpecahan antara kelompok Mujahiddin dengan AS pasca kekalahan Uni Soviet di Afghanistan. Juga setelah terjadinya perbedaan pendapat antara AS dengan Irak masalah minyak yang menyebabkan terjadinya Perang Teluk Persia II setelah Irak menyerbu Kuwait (1990) sampai invasi pasukan AS ke Irak (2003) yang menyebabkan jatuhnya pemerintahan Saddam Hussein. Memang setelah itu terjadi suatu pergerakan dimana Islam bangkit menjadi kekuatan pengontrol terhadap Pan Americanisme. Sehingga menjadi suatu merek yang sangat laik pasar dan itu berpengaruh terhadap Indonesia. Persoalannya, karena wilayah umat Islam di Timur Tengah kaya akan minyak bumi dan biaya produksinya sangatlah murah jika dibandingkan dengan wilayah lain yang biaya produksinya sangatlah tinggi, karena itulah wilayah umat Islam selalu menjadi sasaran negara lain.

Apa korelasi antara terorisme dengan persediaan minyak dunia ?

Tahun 2000 lalu ada pertemuan ahli intelijen internasional dari Barat yang membahas persoalan hubungan internasional, dimana dinyatakan bahwa dunia Barat sangat kritis akan kebutuhan minyak. Karena itu minyak bumi menjadi salah satu fokus persoalan hubungan antar bangsa dan kebetulan yang menjadi masalah adalah kontrol Islam atas Barat setelah bubarnya Uni Soviet. Kemudian Islam menjadi kekuatan utama yang akan mengontrol pada saat Barat melihat minyak sebagai fokus persoalan antar bangsa, karena itu menimbulkan terorisme internasional.

Kalau sebelumnya ada terorisme nasional yang melahirkan gerakan seperti IRA di Irlandia dan gelombang kedua melahirkan terorisme ideologis seperti Tentara Merah di Jepang dan Italia, sekarang terorisme internasional memperebutkan SDA strategis seperti minyak dan Islam menjadi kekuatan utamanya. Sehingga lahirlah Teori Samuel Huntington yang menganggap Islam sebagai musuh Barat setelah jatuhnya Uni Soviet. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap Indonesia yang memiliki ketergantungan bantuan, peralatan, kerjasama, pendidikan, pelatihan dan utang dari Barat.

Selama ini Densus dibentuk, dilatih serta dibiayai AS dan Australia. Bagaimana komentar Anda sebagai pengamat militer dan intelijen ?

Bukan dibiayai, justru kita yang minta bantuan kesana karena tidak memiliki dana. Ada sebuah kritikan yang berasal dari pengamat intelijen pada beberapa kasus terorisme. Katanya bukan untuk persoalan terorisme, tetapi untuk membentuk opini dan menghentak negara yang dijadikan sasaran donatur. Karena itu sekarang bukan persoalan teroris, sebab kalau dilihat dari standar terorisme secara internasional, teroris bukan seperti di Indonesia dimana mereka menembak dengan pistol. Jadi perlu adanya standar mana yang disebut teroris dan mana yang disebut kejahatan, jadi harus jelas. Sebab jika tidak, maka nanti kalau proyek yang laku teroris, maka semuanya akan dimasukkan ke dalam kerangka teroris.

Jadi semakin ramai teroris, semakin menguntungkan Densus ?

Persoalannya bukan Densus, tetapi pemerintah. Kebetulan dana yang masuk ke pemerintah sebagian dioperkan ke kepolisian melalui Densus. Itu kan kerjasama antara pemerintah, apalagi polisi berada di bawah Presiden. Jadi yang menjadi persoalan bukannya Densus, tetapi pemerintah. Polisi selalu menjadi sasaran, padahal polisi hanya menjalankan perintah siapa lagi kalau bukan dari Presiden, dimana sekarang kita sedang menjalankan sistem Presidensial. Polisi sebenarnya tidak punya apa-apa, seumpama disuruh ke Timur ya ke Timur, disuruh ke Barat ya ke Barat.

Mengapa BNPT dan Densus selalu dikendalikan mereka yang anti Islam seperti Ansyaad Mbai, Gories Mere dan Petrus Golose ?

Tidak begitu, aparat dasarnya adalah prestasi. Jadi persoalannya bukan Islam dan non Islam. Orang non Islam yang senang pada Islam juga banyak, sebaliknya orang Islam yang tidak Islamis juga banyak. Justru kadang-kadang kelemahan kita dalam melakukan penilaian selalu bertolak-belakang dari Islam dan non Islam. Bagaimanapun juga mereka tidak memiliki kekuasaan apa-apa kalau tidak diberi wewenang. Jadi persoalannya kelembagaan, yang bekerja bukan hanya dia tetapi sebuah tim besar. Banyak polisi yang Islamnya bagus, tetapi persoalannya adalah dalam rangka pengamanan lembaga negara.

Jadi muaranya tertuju pada Presiden ?

Muaranya pada misi dari sebuah nation yang ditafsirkan pemerintah. Semestinya yang bertanggungjawab adalah pemerintah, bukan polisi.

Bagaimana pandangan Anda mengenai Program Deradikalisasi yang digerakkan BNPT ?

Saya jelas tidak setuju, dalam arti titik tolaknya darimana. Persoalan radikal dan tidak radikal akan dipahami dari konteks pengetahuan dan sikap radikal karena apa. Dalam UU Politik ada persoalan yang dinyatakan radikal. Jadi sikap radikal itu bukan persoalan orang itu radikal atau tidak radikal, tetapi dibangun oleh pengetahuan terhadap perkembangan nasional dan internasional serta rasa kesadaran akan ketidakadilan. Misalnya, pemerintah dalam mengatasi persoalan dianggap tidak adil, maka ini yang membentuk sikap radikal.

Jadi persoalan deradikalisasi semestinya berkaitan dengan bagaimana pemerintah mencoba untuk melaksanakan tujuan pemerintahan mengenai keadilan, kesejahteraan rakyat, menegakkan kebenaran, menegakkan hukum dan sebagainya. Pada saat sekarang telah terjadi kesenjangan yang tajam, mengenai pandangan pemerintah dan sikap yang dimiliki kelompok Islam dan non Islam serta hubungan antar mereka. Kesenjangan itu dipengaruhi informasi yang dimiliki dan perubahan sosial yang tinggi. Hal itu menyebabkan ketajaman hubungan karena terjadinya revolusi kebudayaan, dimana di Indonesia terjadi pada saat era reformasi sekarang. Itu yang menimbulkan persoalan dan tidak diantisipasi dengan program politik yang sistematik. Berbeda dengan Korea Selatan, sudah diantisipasi sejak awal bagaimana mengatur anak-anak main games. Tetapi disini tidak dan ini yang menjadi masalah. Jadi persoalan radikal dan tidak radikal adalah persoalan proses yang dialami oleh warga negara dalam kehidupan bermasyarakat akibat adanya kesenjangan tertentu.

Bagaimana tanggapan Anda mengenai rencana BNPT yang dipimpin Ansyaad Mbai untuk melakukan Sertifikasi Ulama ?

Saya kira itu tidak tepat, sertifikasi untuk apa ? Memang salah satu problem di kalangan ulama, da’i dan mubaligh adalah dalam menghadapi persoalan dimana banyak sekali pengajian yamg diberikan kelompok muda tamatan pesantren kilat. Hal ini juga terjadi di kalangan Kristen yang diberikan kelompok muda tamatan kursus Injil. Dalam memberikan ceramah, mereka belum sampai pada tingkat dengan wawasan luas, kemudian berceramah dengan sikap fanatik, dimana akhirnya menimbulkan hasil kontra produktif. Di kalangan pemuda Kristen yang fanatik juga banyak sekali dan saya mendapat laporan ini dari salah seorang pimpinan Univeristas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Jawa Tengah. Jadi yang terdapat kelompok fanatik bukan hanya Islam saja tetapi juga Kristen. Tetapi masalahnya Islam di Indonesia mayoritas mutlak sehingga yang menonjol fanatismenya adalah Islam, padahal di Kristen juga banyak sekali yang fanatik dan fundamentalis. Fanatisme akibat itu semestinya dibicarakan dan diatasi masing-masing agama.

Apakah Sertifikasi Ulama yang akan dilakukan BNPT merupakan penghinan terhadap ulama ?

Saya kira itu tidak ada artinya. Sertifikasi biasanya pada program fungsional yang bersifat karier. Kalau ulama kan bukan jabatan karier. Sekarang persoalannya bagaimana strategi untuk menghadapi ekses-ekses itu.

Kembali ke terorisme, apakah operasi pemberantasan teroris yang digerakkan BNPT dan Densus memang proyek yang menguntungkan, dimana semakin banyak teroris yang berkeliaran maka semakin membuat kantong mereka tebal ?

Dulunya operasi semacam ini dilakukan militer dan intelijen. Jadi operasi anti terorisme bagi polisi adalah hal baru. Sekarang yang menjadi persoalan adalah bagaimana meningkatkan kinerja polisi agar menjadi lebih professional. Tetapi bukan berarti saya mengatakan kalau polisi sekarang tidak profesional dalam menanggani kasus terorisme. Namun berdasarkan kasus yang ada, seharusnya polisi meningkatkan profesionalismenya, sehingga tidak sering melakukan kesalahan target atau sasaran. Polisi juga perlu meningkatkan pemahaman terhadap penegakan hukum dan perlindungan HAM. Selain itu persoalan terorisme seharusnya dikaji dari persoalan yang lebih tinggi, bukan hanya linier.

Bagimana Anda melihat kasus penembakan mati terhadap terduga dua teroris oleh Densus di Solo baru-baru ini ?

Saya melihatnya itu operasi intelijen, bukan terorisme. Perkara kemudian dikaitkan dengan terorisme, itu bisa saja. Karena dalam operasi itu digunakan orang yang mau. Bedanya, operasi intelijen dimaksudkan untuk menciptakan suatu keadaan, tetapi kalau terorisme menggunakan kekerasan untuk mempengaruhi suatu kebijakan. Banyak sekali kasus terorisme, tetapi kalau dilihat dari ilmu pengetahuan tentang terorisme, sesungguhnya bukan terorisme.

Kasus di Solo itu jelas merupakan operasi intelijen, jika dilihat dari sifat-sifatnya. Karena sekarang proyek yang paling laku dijual ya terorisme. Seorang teroris tidak mungkin mengaku dirinya sebagai teroris. Juga tidak mungkin teroris berkali-kali nongkrong pada satu tempat. Kalau teroris, begitu mengebom tidak akan kembali lagi ke tempat itu sampai puluhan tahun. Karena itu kita harus memperjelas, apa terorisme itu. Jangan sampai mendefinisikan terorisme dengan pola-pola kriminal. Sekarang yang terjadi di Indonesia, melihat terorisme sebagai pergerakan kriminal. Masak teroris hanya nongkrong disitu-situ saja, tidak berpindah-pindah tempat. Seharusnya teroris tidak seperti itu, karena konsekuensinya mati. Saya kira terorisme sebagai suatu cara untuk mengalihkan isu. Sebab kalau ada persoalan yang muncul di pemerintahan, maka untuk mengalihkan isu muncullah operasi pemberantasan terorisme. Kalau sudah begitu, semua media massa pasti akan melupakannya dan mengarahkannya kesana.

Kalau kasus penembakan mati dua orang terduga teroris di Solo, untuk mengalihkan isu yang mana di pemerintahan SBY ?

Kita lihat dari kategorinya, seperti kasus M Thoriq di Tambora, Jakarta. M Thoriq sudah diamati sejak setahun lalu, tetapi mereka baru menangkapnya pada saat diperlukan untuk mengalihkan isu. Seperti kasus Solo, adanya pemberitaan seorang anggota Densus yang mati tertembak tidak sebagaimana yang saya peroleh kabarnya. Juga kasus polisi yang tertembak di Prembun Purworejo beberapa waktu lalu. Kabarnya tertembaknya polisi tersebut hanya karena rebutan wanita, tetapi kemudian dikabarkan karena ditembak teroris. Waktu itu saya sudah protes pada salah seorang pejabat kepolisian di Polda Jateng, tetapi katanya sudah dilaporkan kasus yang sebenarnya ke Mabes Polri, tetapi ketika sampai di Jakarta ceriteranya jadi berubah menjadi kasus terorisme.

Banyaknya kasus terorisme, apa memang tujuannya untuk mendiskreditkan umat Islam Indonesia yang mayoritas ?


Persoalannya bukan umat Islam. Persoalannya kasus terorisme bisa digunakan untuk berbagai kepentingan. Seperti kepentingan untuk mengalihkan perhatian, peningkatan program sehingga mendapat dana yang besar, agar kinerjanya terlihat efektif dan sebagainya. Jadi kebetulan saja mereka latar belakangnya beragama Islam.

Mengapa setiap menjelang kedatangan pejabat tinggi AS ke Indonesia, selalu muncul kasus terorisme, seperti baru-baru ini menjelang kedatangan Menlu Hillary Clinton ?

Kalau itu bisa saja penafsiran-penafsiran, tetapi benar dan tidaknya kita tidak tahu. Karena dalam kasus terorisme di Indonesia sering kali terjadi kekurangan data, maka perlu dibuat data baru, sehingga dalam berbagai kasus terjadi seperti itu.

Bagaimana menurut Anda, sikap umat Islam Indonesia dalam menghadapi kasus terorisme yang sering terjadi ?

Pertama, media massa tidak memberitakan tentang terorisme dan penyelesaiannya. Kedua, umat Islam sebaiknya bersikap tidak reaktif. Sebab kalau bersikap reaktif maka ibarat paling enak dioper bola, pasti akan memburu. Jadi begitu ada isu terorisme muncul, pasti ada masalah yang sangat kritis di pemerintahan. Jadi sepertinya umat Islam tidak terkendali dan paling mudah dioper bola agar memburunya. Ketiga, umat Islam perlu mengetahui berbagai informasi strategis.

Sebab salah satu permasalahan yang dihadapi umat Islam Indonesia sehingga mudah menjadi radikal adalah karena membaca buku-buku terjemahan dari luar yang sangat berbeda dengan kondisi dan situasi di Indonesia. Pasalnya, ketika agama jauh dari kajian kebudayaan, maka akan cenderung radikal. Sebaliknya, tatkala agama dikembangkan atas dasar pergulatan antara masyarakatnya dengan kebudayaan, maka akan cenderung tidak radikal, sebagaimana dakwah yang dikembangkan para Wali Songo dengan melalui pendekatan kebudayaan.

Abdul Halim