(ditulis oleh: Al-Ustadz Qomar, ZA)
Syariat
sejatinya telah gamblang menjelaskan definisi dan menyuguhkan gambaran
akan sosok Al-Imam Al-Mahdi. Namun bersemainya penyimpangan tak pelak
menjadikan gambaran Al-Imam Al-Mahdi itu menjadi kabur.
Beriman akan Munculnya
Telah menjadi kewajiban setiap muslim untuk mengimani segala
yang diberitakan oleh Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
di mana ini menjadi konsekuensi persaksian kita: “Muhammad adalah hamba
dan utusan-Nya.” Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَيُؤْمِنُوا بِي وَبِمَا جِئْتُ بِهِ، فَإِذَا
فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلاَّ
بِحَقِّهَا وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللهِ
“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka
bersaksi bahwa tiada sesembahan yang benar melainkan Allah dan agar
mereka beriman kepada apa yang kubawa. Bila mereka melakukan itu maka
mereka telah melindungi darah dan harta mereka dariku kecuali dengan
haknya. Adapun perhitungannya diserahkan kepada Allah.” (Shahih, HR. Muslim, Kitabul Iman Bab Al-Amru bi Qitalin Nas Hatta.)
Bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala telah tegaskan:
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (Al-Hasyr: 7)
Ini menunjukkan wajibnya beriman dengan segala yang
diberitakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, baik berita yang
terkait dengan apa yang telah lalu atau yang akan datang. Termasuk di
antaranya adalah akan munculnya Al-Imam Al-Mahdi.
Berita akan munculnya sosok penegak sunnah nan adil itu telah
disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam banyak
hadits. Bahkan tak sedikit dari para ulama yang menyatakan bahwa
haditsnya mencapai derajat mutawatir secara makna, sehingga tiada lagi
celah bagi siapapun untuk mengingkarinya. Di antara ulama yang
menyatakan kemutawatiran hadits-haditsnya adalah Abul Hasan Muhammad bin
Husain As-Sijzi (wafat 363 H), Muhammad Al-Barzanji (wafat 1103 H),
As-Safarini, As-Sakhawi, Asy-Syaukani, Shiddiq Hasan Khan, Al-Kattani,
dan lain-lain rahimahumullah.
Dan para ulama yang menyebutkan keshahihan hadits tentang Al-Mahdi
sangat banyak, dari kalangan ulama terdahulu maupun belakangan.
Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu telah menyebutkan sebagian nama
mereka, di antaranya 16 ulama yang saya sebutkan sebagiannya: Abu Dawud,
Al-Qurthubi, Ibnu Taimiyyah, Adz-Dzahabi, Ibnul Qayyim, dan Ibnu Hajar
rahimahumullah.
Sehingga ini menjadi salah satu akidah Ahlus Sunnah wal Jamaah.
As-Safarini mengatakan: “Telah banyak riwayat yang menyebutkan akan
munculnya
Al-Mahdi sehingga mencapai derajat mutawatir secara makna.
Dan
itu telah tersebar di kalangan Ahlus Sunnah sehingga teranggap sebagai
aqidah mereka….” –beliau menyebut hadits, atsar serta nama para sahabat
yang meriwayatkannya, lalu beliau berkata– “Dan telah diriwayatkan dari
para sahabat yang disebutkan dan selain mereka dengan riwayat yang
banyak, juga dari para tabi’in setelah mereka, yang dengan semua itu
memberi faedah ilmu yang pasti. Maka mengimani munculnya Mahdi adalah
wajib sebagaimana telah ditetapkan oleh para ulama dan tertulis dalam
akidah Ahlus Sunnah wal Jamaah. (Lawami’ul Anwar Al-Bahiyyah, 2/84)
Beberapa Hadits tentang Al-Imam Al-Mahdi
1. Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
لَوْ لَمْ يَبْقَ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ يَوْمٌ – قَالَ
زَائِدَةُ فِي حَدِيْثِهِ – لَطَوَّلَ اللهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ حَتَّى
يَبْعَثَ فِيْهِ رَجُلاً مِنِّي – أَوْ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي – يُوَاطِئُ
اسْمُهُ اسْمِي وَاسْمُ أَبِيهِ اسْمَ أَبِي، يَمْلَأُ اْلأَرْضَ قِسْطًا
وَعَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ ظُلْمًا وَجَوْرًا
“
Bila tidak tersisa dari dunia kecuali satu hari –Za`idah (salah
seorang rawi) mengatakan dalam haditsnya– tentu Allah akan panjangkan
hari tersebut, sehingga Allah utus padanya seorang lelaki dariku –atau
dari keluargaku–. Namanya sesuai dengan namaku, dan nama ayahnya seperti
nama ayahku. Ia memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya
telah dipenuhi dengan kedzaliman dan keculasan.” (Hasan Shahih, HR.
Abu Dawud, Shahih Sunan no. 4282; sanadnya jayyid menurut Ibnul Qayyim
rahimahullahu dalam Al-Manarul Munif; At-Tirmidzi no. 2230, 2231; Ibnu
Hibban no. 6824, 6825)
2. Dari ‘Ali (bin Abi Thalib) radhiyallahu ‘anhudari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia mengatakan:
لَوْ لَمْ يَبْقَ مِنْ الدَّهْرِ إِلاَّ يَوْمٌ لَبَعَثَ اللهُ
رَجُلاً مِنْ أَهْلِ بَيْتِي يَمْلَؤُهَا عَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا
“
Bila tidak tersisa dari masa ini kecuali satu hari, tentu Allah
akan munculkan seorang lelaki dari ahli baitku (keluargaku) yang akan
memenuhi dunia dengan keadilan sebagaimana (sebelumnya) telah dipenuhi
dengan kecurangan.” (Shahih, HR. Abu Dawud no. 4283 Kitab Al-Mahdi
dan ini adalah lafadznya, Ibnu Majah no. 4085, Kitabul Fitan Bab
Khurujul Mahdi)
3. Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, ia mengatakan: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الْمَهْدِيُّ مِنْ عِتْرَتِي مِنْ وَلَدِ فَاطِمَةَ
“
Al-Mahdi dari keluargaku dari putra Fathimah.” (Shahih, HR. Abu Dawud dan ini lafadznya, Shahih Sunan no. 4284, Ibnu Majah no. 4086, dan Al-Hakim no. 8735, 8736)
4. Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:
الْمَهْدِيُّ مِنِّي، أَجْلَى الْجَبْهَةِ أَقْنَى اْلأَنْفِ،
يَمْلَأُ اْلأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا وَظُلْمًا
يَمْلِكُ سَبْعَ سِنِيْنَ
“
Al-Mahdi dariku, dahinya lebar, hidungnya mancung, memenuhi bumi
dengan keadilan sebagaimana (sebelumnya) telah dipenuhi dengan
kedzaliman, berkuasa selama 7 tahun.” (Hasan, HR. Abu Dawud no.
4285 dan ini lafadznya, Ibnu Majah no. 4083, At-Tirmidzi, Kitabul Fitan
Bab Ma Ja`a Fil Mahdi no. 2232, Ibnu Hibban no. 6823, 6826 dan Al-Hakim
no. 8733, 8734, 8737)
5. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:
كَيْفَ أَنْتُمْ إِذَا نَزَلَ ابْنُ مَرْيَمَ فِيْكُمْ وَإِمَامُكُمْ مِنْكُمْ؟
“
Bagaimana dengan kalian jika turun kepada kalian putra Maryam, sementara imam kalian dari kalian?” (Shahih,
HR. Al-Bukhari, Kitab Ahaditsul Anbiya` Bab Nuzul ‘Isa ibni Maryam, no.
3449; Muslim dalam Kitabul Iman Bab Fi Nuzul Ibni Maryam, 2/369, 390)
6. Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي يُقَاتِلُوْنَ عَلَى
الْحَقِّ ظَاهِرِيْنَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. قَالَ: فَيَنْزِلُ
عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ فَيَقُوْلُ أَمِيْرُهُمْ:
تَعَالَ صَلِّ لَنَا، فَيَقُوْلُ: لاَ، إِنَّ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ
أُمَرَاءُ تَكْرِمَةَ اللهِ هَذِهِ اْلأُمَّةَ
“
Masih tetap sekelompok dari umatku berperang di atas kebenaran.
Mereka unggul sampai hari kiamat, lalu turun ‘Isa putra Maryam. Maka
pemimpin mereka mengatakan: ‘Kemari, jadilah imam kami.’ Ia menjawab:
‘Tidak, sebagian kalian adalah pemimpin atas sebagian yang lain, sebagai
kemuliaan dari Allah untuk umat ini’.” (Shahih, HR. Muslim dalam Kitabul Iman Bab La Tazal Tha`ifah min Ummati, 2/370, no. 393)
Hadits-hadits yang terdapat dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim ini menunjukkan dua hal:
Pertama: Ketika turunnya ‘Isa bin Maryam dari langit, yang memegang kepemimpinan muslimin ketika itu adalah seorang dari mereka.
Kedua: Keberadaan pemimpin mereka untuk shalat, lalu
ia mengimami muslimin, serta permintaannya kepada Nabi ‘Isa
‘alaihissalam saat turunnya untuk mengimami mereka. Ini semua
menunjukkan keshalihan pemimpin tersebut dan bahwa ia berada di atas
petunjuk.
Dan (dalam hadits) itu walaupun tidak ada penegasan dengan lafadz
Al-Mahdi, tetapi menunjukkan sifat orang yang shalih yang mengimami
muslimin di waktu itu. Dan terdapat hadits-hadits dalam kitab-kitab
Sunan maupun Musnad serta lainnya, yang menerangkan bahwa hadits-hadits
yang ada dalam dua kitab shahih itu menunjukkan bahwa orang shalih
tersebut bernama Muhammad bin Abdullah dari keturunan Al-Hasan bin ‘Ali,
yang disebut dengan Al-Mahdi. Dan hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam itu sebagiannya menerangkan sebagian yang lain. Di antara hadits
yang menunjukkan hal itu adalah hadits yang diriwayatktan oleh Al-Harits
ibnu Abi Usamah dalam Musnad-nya dengan sanadnya dari Jabir
radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
يَنْزِلُ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ فَيَقُوْلُ أَمِيْرُهُمُ
الْمَهْدِيُّ: تَعَالَ، صَلِّ بِنَا. فَيَقُوْلُ: لاَ، إِنَّ بَعْضَهُمْ
أَمِيْرُ بَعْضٍ، تَكْرِمَةُ اللهِ لِهَذِهِ اْلأُمَّةِ
“
Isa putra Maryam turun, lalu pemimpin mereka Al-Mahdi
mengatakan: ‘Imamilah kami’. Ia menjawab: ‘Sesungguhnya sebagian mereka
pemimpin bagi sebagian yang lain, sebagai kemuliaan dari Allah untuk
umat ini’.”
Hadits ini dikatakan oleh Ibnul Qayyim rahimahullahu dalam kitabnya
Al-Manarul Munif: “Sanadnya bagus.” (Abdul Muhsin Al-‘Abbad, ‘Aqidatu
Ahlil Atsar. Lihat pula Ash-Shahihah, no. 2236)
Nama Al-Imam Al-Mahdi dan Nasabnya
Nama beliau adalah Muhammad atau Ahmad bin Abdullah. Seperti
dalam hadits yang lalu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan: “Namanya sesuai dengan namaku, dan nama ayahnya sesuai dengan nama ayahku.”
Dia dari keturunan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, di mana disebutkan dalam riwayat: “
Dari ahli baitku.” (HR. Abu Dawud, no. 4282 dan 4283). Dalam riwayat lain: “
Dari keluarga terdekatku (‘itrah-ku).” (HR. Abu Dawud, no. 4284). Dalam riwayat lain: “
Dariku.” (HR. Abu Dawud no. 4285)
dari jalur perkawinan ‘Ali bin Abu Thalib dan Fathimah bintu Rasulillah. Sebagaimana dalam hadits yang lalu dikatakan: “
Seseorang dari keluargaku” dan “dari anak keturunan Fathimah.” (HR. Abu Dawud no. 4284)
Oleh karenanya, Ibnu Katsir rahimahullahu mengatakan: “
Dia adalah
Muhammad bin Abdillah Al-‘Alawi (keturunan Ali) Al-Fathimi (keturunan
Fathimah) Al-Hasani (keturunan Al-Hasan). Allah Subhanahu wa Ta’ala
memperbaikinya dalam satu malam yakni memberinya taubat, taufik,
memberinya pemahaman serta bimbingan padahal sebelumnya tidak seperti
itu.” (An-Nihayah fil Malahim wal Fitan, 1/17, Program Maktabah Syamilah)
Sifat Fisiknya
Di antara sifat fisiknya adalah sebagaimana disebutkan dalam riwayat Abu Dawud (no. 4285) dan yang lain:
أَجْلَى الْجَبْهَةِ Artinya, “
Tersingkap rambutnya dari arah kepala bagian depan,” atau “
Dahinya lebar.”
أَقْنَى اْلأَنْفِ “Hidungnya mancung, ujungnya tajam, bagian tengahnya agak naik.”
Al-Qari mengatakan:
“Maksudnya, beliau tidak pesek, karena yang demikian adalah bentuk yang tidak disukai.”
Menebar Keadilan
Di antara sifat Al-Mahdi adalah bahwa ia menebar keadilan dan
melenyapkan kedzaliman serta keculasan. Sebagaimana tersebut dalam
hadits: “Memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi
dengan kezhaliman.” (HR. Abu Dawud no. 4282, 4283, 4285)
Sehingga disebutkan dalam hadits dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah bersabda:
يَكُوْنُ فِي أُمَّتِي الْمَهْدِيُّ إِنْ قَصَرَ فَسَبْعٌ
وَإِلاَّ فَتِسْعٌ فَتَنْعَمُ فِيْهِ أُمَّتِي نِعْمَةً لَمْ يَنْعَمُوا
مِثْلَهَا قَطُّ تُؤْتَى أُكُلَهَا وَلاَ تَدَّخِرُ مِنْهُمْ شَيْئًا
وَالْمَالُ يَوْمَئِذٍ كُدُوْسٌ فَيَقُوْمُ الرَّجُلُ فَيَقُوْلُ: يَا
مَهْدِيُّ أَعْطِنِي. فَيَقُولُ: خُذْ
“
Akan datang pada umatku Al-Mahdi bila masanya pendek maka tujuh
tahun, kalau tidak maka 9 tahun. Maka umatku pada masa itu diberi
kenikmatan dengan kenikmatan yang tidak pernah mereka rasakan yang
semacam itu sama sekali. Mereka diberi rizki yang luas. Mereka tidak
menyimpan sesuatu pun. Harta saat itu berlimpah sehingga seseorang
bangkit dan mengatakan: ‘Wahai Mahdi, berilah aku.’ Diapun menjawab:
‘Ambillah’.” (Hasan, HR. Ibnu Majah no. 4083, Kitabul Fitan Bab
Khurujul Mahdi, 4/412, dan Al-Hakim no. 8739. Asy-Syaikh Al-Albani
rahimahullahu menghasankannya)
Dalam riwayat At-Tirmidzi disebutkan:
فَيَجِيْءُ إِلَيْهِ رَجُلٌ فَيَقُوْلُ: يَا مَهْدِيُّ،
أَعْطِنِي، أَعْطِنِي. قَالَ: فَيَحْثِي لَهُ فِي ثَوْبِهِ مَا اسْتَطَاعَ
أَنْ يَحْمِلَهُ
“
Sehingga datang kepadanya seseorang seraya mengatakan: ‘Wahai
Mahdi, berilah aku, berilah aku.’ Nabi mengatakan: “Maka Mahdi
menuangkan untuknya di pakaiannya sampai ia tidak dapat membawanya.”
Ibnu Katsir rahimahullahu mengatakan: “Di masanya, buah-buahan
banyak. Tanam-tanaman lebat, harta benda melimpah. Penguasa benar-benar
berkuasa, agama menjadi tegak, musuh menjadi hina, kebaikan terwujud di
masanya terus-menerus.” (An-Nihayah Fil-Malahim 1/18, Program Maktabah
Syamilah)
Dalam riwayat Al-Hakim, disebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَخْرُجُ فِيْ آخِرِ أُمَّتِي الْمَهْدِيُّ يُسْقِيْهِ اللهُ
الْغَيْثَ، وَتُخْرِجُ اْلأَرْضُ نَبَاتَهَا، وَيُعْطِي الْمَالَ صِحَاحًا،
وَتَكْثُرُ الْمَاشِيَةُ وَتَعْظُمُ اْلأُمَّةُ، يَعِيْشُ سَبْعاً أَوْ
ثَمَانِيًا – يَعْنِيْ حِجَجًا -
“Muncul di akhir umatku Al-Mahdi. Allah menyiramkan hujan,
sehingga bumi mengeluarkan tanamannya. Ia membagi harta secara merata.
Binatang ternak semakin banyak, umat pun menjadi besar. Ia hidup selama 7
atau 8 –yakni tahun–.” (HR. Al-Hakim, Kitabul Fitan wal Malahim
no. 8737. Beliau mengatakannya sebagai hadits yang shahih sanadnya, dan
disepakati oleh Adz-Dzahabi dan Ibnu Khaldun. Asy-Syaikh Al-Albani
rahimahullahu mengatakan: “Sanadnya shahih.” Lihat Ash-Shahihah, 4/40,
hadits no. 1529)
Waktu Munculnya
Dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi Syarh Sunan At-Tirmidzi disebutkan: “Ketahuilah,
yang sudah dikenal di kalangan seluruh pemeluk Islam sepanjang masa
bahwa di akhir zaman pasti muncul seorang dari ahlul bait (keluarga Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam) yang membela agama dan menebarkan
keadilan, serta diikuti oleh muslimin. Ia juga menguasai
kerajaan-kerajaan Islam. Ia dijuluki Al-Mahdi. Juga tentang keluarnya
Dajjal serta tanda-tanda kiamat sesudahnya yang terdapat dalam kitab
Shahih, muncul setelahnya. Dan bahwa kemunculan ‘Isa juga setelahnya,
kemudian beliau membunuh Dajjal. Atau ‘Isa turun setelahnya lalu
membantunya untuk membunuh Dajjal kemudian bermakmum kepada Mahdi dalam
shalatnya.” (Kitabul Fitan Bab Ma Ja`a fil Mahdi)
At-Tirmidzi rahimahullahu meriwayatkan dari Zir bin Abdillah
radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
لاَ تَذْهَبُ الدُّنْيَا حَتَّى يَمْلِكَ الْعَرَبَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِي
“
Dunia tidak akan lenyap hingga seorang dari keluargaku menguasai bangsa Arab. Namanya sesuai dengan namaku.”
(HR. At-Tirmidzi no. 2230, Kitabul Fitan Bab Ma Ja`a fil Mahdi, 4/438
dan beliau mengatakan: “Hasan shahih.” Demikian pula yang dikatakan
Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi)
Dari sini, berarti munculnya Al-Imam Al-Mahdi adalah di akhir zaman
sekaligus mengawali tanda-tanda besar akan datangnya kiamat. Namun
sebagian ulama sempat ragu, apakah Mahdi ini sebagai awal tanda yang
besar atau tanda yang lain. Sebagian ulama menyatakan dengan yakin bahwa
Mahdi sebagai tanda pertama, lalu berturut-turut datang tanda yang
lain. Di antara yang menyebutkan dengan tegas yang demikian adalah
Muhammad Al-Barzanji rahimahullahu (wafat 1103 H). Beliau mengatakan
dalam bukunya Al-’Isya`ah li Asyrath As-Sa’ah: “
Bab Ketiga,
tanda-tanda besar dan tanda-tanda yang dekat, yang setelahnya tibalah
hari kiamat, dan itu juga banyak. Di antaranya Al-Mahdi, dan itu yang
pertama.” (dinukil dari ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Atsar fil Mahdi Al-Muntazhar)
Adapun Ibnu Katsir rahimahullahu mengatakan: “Munculnya, nanti di
akhir zaman. Dan saya kira, keluarnya adalah sebelum turunnya ‘Isa bin
Maryam, sebagaimana ditunjukkan oleh hadits-hadits yang berkaitan dengan
hal itu.”
Masa Kekuasaannya
Terdapat dalam Sunan At-Tirmidzi:
إِنَّ فِي أُمَّتِي الْمَهْدِيَّ يَخْرُجُ يَعِيْشُ خَمْسًا
أَوْ سَبْعًا أَوْ تِسْعًا -زَيْدٌ الشَّاكُّ- قَالَ: قُلْنَا: وَمَا
ذَاكَ؟ قَال: سِنِيْنَ.
“Sesungguhnya pada umatku ada Al-Mahdi. Ia muncul, hidup
(berkuasa) 5 atau 7 atau 9.” –Zaid (salah seorang rawi/periwayat) ragu–.
Abu Sa’id mengatakan: “Apa itu?” Beliau menjawab: “Tahun.”
يَكُوْنُ فِي أُمَّتِي الْمَهْدِيُّ إِنْ قُصِرَ فَسَبْعٌ وَإِلاَّ فَتِسْعٌ
“
Akan datang pada umatku Al-Mahdi, bila masanya pendek maka 7 tahun, kalau tidak maka 9 tahun.” (HR. Ibnu Majah no. 4083)
Dengan perbedaan riwayat ini, maka Ibnu Katsir rahimahullahu mengatakan:
“Ini menunjukkan bahwa paling lama masa tinggal (kekuasaan)-nya adalah 9 tahun, dan sedikitnya 5 atau 7 tahun.” (An-Nihayah Fil Malahim wal Fitan, 1/18, Program Maktabah Syamilah)
Sementara Al-Mubarakfuri mengatakan: “
Yakni, keraguan itu berasal
dari Zaid. Sementara dari shahabat Abu Sa’id dalam riwayat Abu Dawud:
‘dan menguasai selama 7 tahun’ tanpa keraguan. Demikian pula dalam
hadits Ummu Salamah dalam riwayat Abu Dawud dengan lafadz ‘maka dia
tinggal selama 7 tahun’ tanpa keraguan. Maka riwayat yang tegas lebih
dikedepankan daripada yang ragu.” (Tuhfatul Ahwadzi, 6/15, Program Maktabah Syamilah)
Asal Munculnya
Riwayat-riwayat di atas menunjukkan bahwa
munculnya dari arah timur atau Al-Masyriq. Ibnu Katsir rahimahullahu mengatakan:
“Munculnya Mahdi dari negeri-negeri timur bukan dari gua Samarra, seperti disangka oleh orang-orang bodoh dari kalangan Syi’ah.” (An-Nihayah Fil Malafim wal Fitan, 1/17, Program Maktabah Syamilah)
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan:
بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِذْ أَقْبَلَ فِتْيَةٌ مِنْ بَنِي هَاشِمٍ فَلَمَّا رَآهُمْ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اغْرَوْرَقَتْ عَيْنَاهُ
وَتَغَيَّرَ لَوْنُهُ. قَالَ: فَقُلْتُ: مَا نَزَالُ نَرَى فِي وَجْهِكَ
شَيْئًا نَكْرَهُهُ. فَقَالَ: إِنَّا أَهْلُ بَيْتٍ اخْتَارَ اللهُ لَنَا
اْلآخِرَةَ عَلَى الدُّنْيَا، وَإِنَّ أَهْلَ بَيْتِي سَيَلْقَوْنَ بَعْدِي
بَلاَءً وَتَشْرِيْدًا وَتَطْرِيْدًا حَتَّى يَأْتِيَ قَوْمٌ مِنْ قِبَلِ
الْمَشْرِقِ مَعَهُمْ رَايَاتٌ سُوْدٌ فَيَسْأَلُوْنَ الْخَيْرَ فَلاَ
يُعْطَوْنَهُ فَيُقَاتِلُوْنَ فَيُنْصَرُوْنَ فَيُعْطَوْنَ مَا سَأَلُوا
فَلاَ يَقْبَلُوْنَهُ حَتَّى يَدْفَعُوْهَا إِلَى رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ
بَيْتِي فَيَمْلَؤُهَا قِسْطًا كَمَا مَلَئُوْهَا جَوْرًا، فَمَنْ أَدْرَكَ
ذَلِكَ مِنْكُمْ فَلْيَأْتِهِمْ وَلَوْ حَبْوًا عَلَى الثَّلْجِ
“
Tatkala kami berada di sisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, tiba-tiba datang sekelompok pemuda dari Bani Hasyim. Ketika Nabi
melihat mereka, kedua mata beliau berlinang air mata dan berubahlah
roman mukanya. Maka aku katakan: ‘Kami masih tetap melihat pada wajahmu
sesuatu yang tidak kami sukai.’ Lalu beliau menjawab: ‘Kami ahlul bait.
Allah telah pilihkan akhirat untuk kami daripada dunia. Dan sesungguhnya
sepeninggalku, keluargaku akan menemui bencana-bencana dan pengusiran.
Hingga datang sebuah kaum dari arah timur, bersama mereka ada bendera
berwarna hitam1. Mereka meminta kebaikan namun mereka tidak diberi, lalu
mereka memerangi dan mendapat pertolongan sehingga mereka diberi apa
yang mereka minta, tetapi mereka tidak menerimanya. Hingga mereka
menyerahkan kepemimpinan kepada seseorang dari keluargaku. Lalu ia
memenuhi bumi ini dengan keadilan sebagaimana orang-orang memenuhinya
dengan kezhaliman. Barangsiapa di antara kalian mendapatinya maka
datangilah mereka, walaupun dengan merangkak di atas es’.” (HR.
Ibnu Majah no. 4082, sanadnya hasan lighairihi menurut Asy-Syaikh
Al-Albani rahimahullahu dalam Adh-Dha’ifah, 1/197, pada pembahasan
hadits no. 85)
As-Sindi mengatakan: “
Yang nampak, kisah itu merupakan isyarat
keadaan Al-Mahdi yang dijanjikan. Oleh karena itu, penulis (Ibnu Majah)
menyebutkan hadits ini dalam bab ini (bab keluarnya Al-Mahdi).”
Ibnu Katsir rahimahullahu mengatakan: “
Dan orang-orang dari timur
mendukung (Al-Mahdi), menolongnya dan menegakkan agamanya, serta
mengokohkannya. Bendera mereka berwarna hitam, dan itu merupakan pakaian
yang memiliki kewibawaan, karena bendera Rasulullah berwarna hitam yang
dinamai Al-Iqab.” (An-Nihayah fil Malahim, 1/17, Program Maktabah Syamilah)
Beliau juga mengatakan:
“Maksudnya, Al-Mahdi yang terpuji
yang dijanjikan keluarnya di akhir zaman asal munculnya adalah dari
arah timur, dan diba’iat di Ka’bah seperti yang disebutkan oleh nash
hadits.” (idem, 1/17)
Tentang tempat bai’atnya telah diisyaratkan oleh hadits Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “
Seseorang dibai’at di antara rukun (Hajar Aswad) dan Maqam (Ibrahim).” (HR. Ibnu Hibban no. 6827, Ahmad, dan Al-Hakim; dan beliau menshahihkannya)
Proses Munculnya Al-Imam Al-Mahdi
Munculnya Al-Imam Al-Mahdi bukan bak sulap batil, yang seolah muncul
tanpa sebab dan tiba-tiba. Namun munculnya tentu mengikuti sunnatullah
pada alam ini, yakni melalui proses yang menuju ke arah sana.
Menjelaskan hal itu, Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu mengatakan:
“…Nabi memberikan kabar gembira tentang akan datangnya seseorang dari
keluarganya dan beliau menyebutkannya dengan sifat-sifat yang menonjol.
Di antara yang sifat terpenting adalah bahwa beliau berhukum dengan
Islam dan menebarkan keadilan di antara manusia.
Jadi, pada hakikatnya beliau termasuk para mujaddid yang Allah
Subhanahu wa Ta’ala munculkan di penghujung tiap 100 tahun, sebagaimana
telah shahih berita (tentang hal ini) dari beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Ini (keberadaan mujaddid di tiap satu abad) juga bukan berarti
tidak perlu berupaya mencari ilmu dan mengamalkannya untuk memperbarui
agama. Sehingga, akan keluarnya Al-Mahdi tidaklah berarti
bermalas-malasan karenanya, serta tidak bersiap atau beramal untuk
menegakkan hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala di muka bumi. Bahkan
sebaliknya (beramal) itulah yang benar, karena Al-Mahdi tidak mungkin
upayanya lebih dari Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang selama 23 tahun berbuat untuk mengokohkan pilar-pilar Islam dan
menegakkan negaranya.
Maka kira-kira apa yang akan dilakukan Al-Mahdi seandainya ia muncul
dan mendapati kaum muslimin dalam kondisi terpecah, berkelompok-kelompok
dan ulama mereka (muncul) –kecuali sedikit dari mereka– (karena)
orang-orang telah menjadikan mereka sebagai para pemimpin. Tentu
(Al-Mahdi) tidak akan dapat menegakkan negara Islam kecuali setelah
mempersatukan kalimat mereka dan menyatukan mereka dalam satu barisan
serta dalam satu bendera.
Dan ini –tanpa diragukan– membutuhkan waktu yang panjang, Allah Maha
Tahu tentangnya. Syariat serta akal, keduanya mengharuskan agar
orang-orang yang ikhlas dari kalangan muslimin menjalankan kewajiban
ini. Sehingga manakala Al-Mahdi keluar, tiada kebutuhan kecuali tinggal
menggiring mereka kepada kemenangan. Kalaupun belum keluar, maka mereka
pun telah melakukan kewajiban mereka dan Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهُ وَالْمُؤْمِنُوْنَ
“
Dan katakanlah: ‘Beramallah kalian, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat amalan kalian itu’.” (At-Taubah: 105) [Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, 4/42-43]
Wallahu a’lam.
1 Ibnu Katsir rahimahullahu mengatakan: “
Bendera itu bukanlah
yang dibawa Abu Muslim dari Khurasan yang kemudian menghancurkan dinasti
Bani Umayyah pada tahun 132 H. Namun bendera hitam lain, yang datang
mengiringi Al-Mahdi.” (An-Nihayah, 1/17)
Bukan pula pasukan Thaliban yang di Afghanistan, sebagaimana yang
disebut dalam poster berjudul Huru-Hara Akhir Zaman karya Amin Muhammad
Jamaludin yang laris itu. Selebaran itu sendiri sarat dengan berbagai
ramalan dan takwil (baca: penyelewengan makna) hadits-hadits Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang tanda-tanda hari kiamat. Hendaknya
kaum muslimin tidak lekas terkesima dengan takwil semacam itu.
Sebagaimana pula hal ini tidak berarti mengingkari hadits-hadits Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang peristiwa akhir zaman.
Dikutip dari www.asysyariah.com Penulis : Al-Ustadz Qomar ZA, Lc. Judul: Mengenal Al-Imam Al-Mahdi